Logo Bloomberg Technoz

Terkontraksinya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps. Berikut diantaranya berdasarkan data Bloomberg.

  1. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 10,82 poin
  2. Barito Renewables Energy (BREN) menekan 10,43 poin
  3. Bayan Resources (BYAN) menekan 6,67 poin
  4. Bank Central Asia (BBCA) menekan 6,54 poin
  5. Bank Mandiri (BMRI) menekan 4,45 poin
  6. MNC Digital Entertainment (MSIN) menekan 4,21 poin
  7. Telkom Indonesia (TLKM) menekan 2,28 poin
  8. GoTo Gojek Tokopedia(GOTO) menekan 2,28 poin
  9. Siloam Hospitals (SILO) menekan 1,95 poin
  10. Adaro Energy Indonesia (ADRO) menekan 1,85 poin

Adapun saham-saham perbankan juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) drop 9,68% dan saham PT Panin Financial Tbk (PNLF) juga terjebak di zona merah dengan ambles 5,42%.

Disusul oleh pelemahan saham infrastruktur, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) yang terjun bebas 3,35%, saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) anjlok 2,58%, dan saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang melemah 0,88%.

Ambrolnya IHSG siang hari ini terseret sentimen ketidakpastian di pasar dari data tenaga kerja Amerika Serikat terbaru serta sikap Federal Reserve yang tidak berkomitmen penuh terhadap pemangkasan suku bunga acuan.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data pada Jumat mencerminkan Non-Farm Payrolls hanya mencatat kenaikan 142.000 pada bulan lalu. Angka NFP di atas sejatinya tidak mencapai perkiraan pada Agustus. Ini merupakan sebuah perkembangan yang kemungkinan akan memicu perdebatan panjang tentang seberapa banyak The Fed harus memangkas suku bunga.

“Perpaduan antara data ketenagakerjaan yang lebih lemah dan The Fed yang tidak berkomitmen terbukti merupakan perpaduan yang beracun untuk risiko,” kata Chris Weston, Kepala Riset di Pepperstone Group di Melbourne.

“Kecuali kita melihat sikap yang lebih jelas dari The Fed,” mengutip pernyataan Weston.

Tekanan pasar juga datang dari regional, disebabkan kekhawatiran Deflasi di China terus berlanjut menyeret kehilangan momentum dan kesempatan China untuk mencapai target pertumbuhan di 5%.

Inflasi Indeks Harga Konsumen China hanya sedikit kenaikan, meleset dari ekspektasi pasar, menambah tanda-tanda bahwa para pembuat kebijakan sedang berjuang untuk meningkatkan belanja rumah tangga karena target pertumbuhan tahunan berada di bawah tekanan.

Indeks harga konsumen China. (Dok: Bloomberg)

IHK ada kenaikan 0,6% dari tahun sebelumnya, Biro Statistik Nasional mengatakan pada Senin. Dibandingkan dengan kenaikan 0,5% pada Juli kemarin, dan perkiraan median 0,7% dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom.

Harga di tingkat pabrik tetap terjebak dalam deflasi, seperti yang terjadi sejak 2022, dengan inflasi Harga Produsen merosot 1,8% dari tahun sebelumnya, lebih besar dari perkiraan ekonom yang memperkirakan penurunan 1,5% dan penurunan 0,8% di Juli.

(fad)

No more pages