Logo Bloomberg Technoz

Pusat Kendali Penyakit Afrika (ACDC) mematok harga vaksin Bavaria ini sebesar US$100 per dosis, sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mematok harga US$141. Angka ini jauh lebih tinggi dari harga yang mampu dibayar oleh kebanyakan negara di benua itu, dan lebih besar dari biaya kesehatan per kapita mereka, yang juga menghapadi berbagai masalah kesehatan seperti kolera, campak, malaria, dan HIV. 

"Harga menjadi masalah," kata Helen Rees, Ketua Kelompok Penasihat Imunisasi Afrika dari WHO. Harga ini membuat vaksinasi itu masuk ke dalam kategori di mana "biaya menjadi satu halangan vaksinasi dilakukan," tambahnya. 

Model penetapan harga yang digunakan oleh aliansi vaksin global, Gavi, sebelumnya berhasil menekan harga per dosis dengan membeli dalam jumlah besar, sehingga menguntungkan pembuatnya dan memastikan produk itu dikirim ke tempat yang membutuhkan. Namun, dalam tahapan ini, vaksin Mpox Bavarian tidak cocok dalam struktur harga tersebut, kata Rees. 

"Dalam situasi seperti ini, pasokan terbatas dan pembuatannya mahal, ini bukan produk yang bisa dibuat dengan murah," kata Rees. "Ada biaya-biaya riil yang terkait."

Penyebaran tipe baru Mpox dari Kongo ini--dan kematian anak-anak mencapai 80% dari penyakit ini--membuat jumlah kasus di benua itu meningkat di negara seperti Burundi dan Gabon. Dirjen WHO Tedros Ghebreyesus meminta negara-negara yang memiliki pasokan vaksin ini untuk menyumbangkannya. 

Andrew Hill, peneliti senior Univesitas Liverpool yang mempelajari harga pengobatan, mengatakan dibandingkan vaksin lain yang umum digunakan di negara berpenghasilan kecil dan menengah, vaksin produksi Bavaria jauh lebih mahal. 

"Vaksin untuk penyakit yang paling gampang menyebar berharga antara US$1 dan US$3 per dosis ketika menjadi bagian program vaksinasi masal jutaan orang," katanya. 

Harga Mahal?

Bavarian Nordic "tidak bisa memasang harga semahal ini" di Afrika dan harus memberi diskon besar atau memberi izin perusahaan farmasi generik untuk memproduksi massal vaksin ini dengan harga mendekati ongkos produksi, kata Hill. 

"Jika tidak, Afrika tidak akan mampu melindungi warga mereka karena epidemi jenis baru satu penyakit terus meningkat," ujar Hill. 

Public Citizen, organisasi nirlaba konsumen, menulis surat pada Bavaria bulan lalu yang meminta perusahaan itu menyediakan "kesetaraan akses" pada vaksin Mpox dengan menyatakan kekhawatiran Bavarian "mengeksploitasi krisis kesehatan global ini dengan lebih mengutamakan profit daripada manusia" melalui harga yang ditetapkannya. 

Tanpa ada banyak persaingan untuk vaksin itu di Afrika, Bavarian menjadi penentu harga produknya. Thomas Bower dari Danske Bank A/S mengatakan meski Emergent BioSolutions Inc dan KM Biologics Co telah mengembangkan vaksin Mpox, ada "perbedaan besar antara ketiga vaksin itu" yang lebih menguntungkan Bavarian. 

Boser mengatakan ACAM2000 buatan Emergent BioSolution, yang mendapat izin dari FDA untuk vaksin Mpox akhir Agustus lalu, tidak direkomendasikan untuk orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, dan kemungkinan tidak bisa digunakan di Afrika. 

Vaksin LC16 dari KM Biologics dari Jepang kemungkinan besar bisa berperan di sebagian program vaksin Afrika, tetapi tidak akan memicu persaingan di sektor harga. Sementara vaksin mRNA dari Moderna Inc dan BioNTech SE masih "cukup jauh" dari tingkat penggunaan di masyarakat. 

Tantangan bagi Bavarian adalah merundingkan harga yang mampu dibayar oleh negara-negara Afrika, tetapi masih masuk akal secara komersial. CEO Paul Chaplin dalam wawancara bulan lalu mengakui bahwa "harga sudah pasti akan menjadi masalah," dengan mengatakan perusahaannya berniat memandang isu ini "secara bertanggung jawab," tetapi "mencari keseimbangan yang patut."

"Pada akhirnya, jika kami membahayakan keuangan Bavarian Nordic dalam bentuk apa pun, dampaknya akan merugikan masyaraka dunia karena tidak ada vaksin lain yang tersedia saat ini," kata Chaplin. 

CFO Hendik Juuel mengatakan kepada media Pemerintah Denmark minggu lalu bahwa Bavarian, dalam berunding dengan UNICEF, akan melihat negara mana yang akan membayar. Juru bicara perusahaan ini mengatakan Bavarian memiliki kesepakatan dengan harga-harga berbeda ketika terjadi wabah Mpox sebelumnya. 

'Diskon Besar'

Bowers dari Danske Bank memperkirakan harga per dosis mencapai sekitar US$100 untuk organisasi-organisasi di Afrika, dengan mengatakan harga itu mendapat "diskon relatif besar" dibanding pasar di AS, di mana satu dosis dihargai sekitar US$200. 

"Bahkan ketika kita bisa memproduksi satu dosis dengan harga US$10 atau US$20, itu hanya biaya produksi. Namun, pemilik vaksin ini berinvestasi miliaran kroner dalam mengembangkan vaksin dan mempersiapkan produksinya, dan mereka juga mengambil risiko tinggi," kata Bower. 

"Itu menjadi bagian harga per dosis. Jadi tentu saja, tidak bisa vaksin itu diberikan sebagai hadiah," tambahnya. 

Namun, harga sebesar US$100 itu masih dua kali lipat dari yang dibayarkan oleh Pemerintah AS yang menurut Bower mendapat diskon besar karena mensponsori keseluruhan program pengembangannya. 

Bower mengatakan badan-badan kesehatan di Afrika bisa merundingkan harga lebih rendah jika memesan dalam jumlah panjang atau bekomitmen dengan satu program vaksin selama setidaknya empat atau lima tahun. 

Dia menjelaskan komitmen jangka panjang bisa memberi keamanan lebih pada Bavarian yagn membayar biaya pemeliharaan dan operasi pabrik-pabrik itu, meski sedang tidak memproduksi vaksin apa pun. 

Vaksin ini lolos percobaan klinis sebagai imunisasi dua tahap, tapi belum jelas apakah negara-negara Afrika akan menerapkan pendekatan imunisasi satu kali untuk mengurangi biaya. 

CEO Bavarian mengatakan data dari sejumlah studi memperlihatkan dosis satu kali menawarkan kekebalan 80% dan pengurangan signifikan pada pasien yang harus mendapat perawatan di rumah sakit.

(bbn)

No more pages