Logo Bloomberg Technoz

Kontraksi manufaktur pada Juli masih berlanjut pada Agustus lalu ke level 48,9.  "Penurunan ekonomi manufaktur Indonesia memburuk selama Agustus, ditandai dengan penurunan paling tajam baik dalam pesanan baru maupun produksi selama tiga tahun,” kata Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market, dalam laporan awal bulan ini.

Menurut laporan tersebut, perusahaan akhirnya merespons kondisi itu dengan memangkas jumlah karyawan meskipun banyak pelaku usaha menyatakan pengurangan tenaga kerja itu sifatnya sementara.

"Hal itu mungkin mencerminkan keyakinan bahwa kondisi operasional akan membaik, dan keyakinan secara keseluruhan tetap positif meskipun sedikit melemah sejak Juli,” kata Paul. 

Secara keseluruhan, jumlah karyawan turun untuk bulan kedua berturut-turut, meskipun hanya sedikit. Adapula laporan tentang tidak adanya penggantian karyawan yang keluar atau pemecatan sementara karena penjualan dan produksi yang lesu saat ini.

Kondisi manufaktur yang lanjut terkontraksi diikuti respon pengusaha mengurangi beban dengan memangkas jumlah karyawan, mengindikasikan gelombang PHK masih berlanjut hingga Agustus lalu.

Permintaan industri lesu

PHK yang terus meningkat menjadi imbas dari kelesuan aktivitas usaha sektor manufaktur yang mengalami pelemahan permintaan.

Pesanan baru juga terindikasi lebih rendah baik dari pasar domestik ataupun pasar ekspor. Bahkan pesanan dari pasar mancanegara menurun semakin cepat, tertajam sejak Januari tahun lalu, menurut laporan yang sama.

Permintaan ekspor yang melemah terutama karena masih adanya tantangan pengiriman global. Isu yang penting juga untuk dicatat adalah dalam situasi penjualan yang lesu, para produsen masih melaporkan kenaikan biaya input dan output.

Aktivitas pekerja di pabrik Frisian Flag Indonesia (FFI) di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (2/7/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Harga bahan baku terus meningkat terpengaruh oleh faktor nilai tukar rupiah yang telah mengerek harga barang impor.

"Dengan faktor nilai tukar yang tidak menguntungkan yang mendorong kenaikan harga barang impor, inflasi harga input secara keseluruhan tetap tinggi, meskipun mereda ke level terendah sejak Oktober 2023," jelas S&P Global. Sementara itu, biaya output juga terus dinaikkan, memperpanjang periode inflasi saat ini menjadi 14 bulan.

Gelombang PHK yang masih berlanjut karena kelesuan aktivitas manufaktur pada akhirnya menjelma seperti lingkaran setan. Ribuan buruh yang harus kehilangan penghasilan, akan memicu dampak buruk berganda berupa penurunan daya beli orang yang lebih banyak.

Bila diasumsikan tiap pekerja menafkahi tiga orang anggota keluarga, sedikitnya ada tiga kali lipat dari angka PHK kehilangan pula kemampuan belanja karena penghasilan yang terhenti. 

Daya beli yang menyusut akibat PHK akan semakin menyeret kinerja penjualan dunia usaha yang akhirnya akan merespon lagi dengan pengurangan biaya tetap, termasuk jumlah karyawan.

Indonesia sudah mencatat deflasi selama empat bulan beruntun, menjadi indikasi ada persoalan daya beli yang serius di tengah masyarakat saat ini kendati pemerintah menepis hal tersebut, dengan menunjuk penyebab deflasi sekadar karena suplai yang melimpah.

"Sangat kuat tendensi bahwa deflasi ini dipicu oleh penurunan daya beli, apalagi tren deflasi ini terjadi sepanjang Mei, Juni, Juli, dan Agustus. Sangat sulit diterima pandangan bahwa terjadi suplai berlebih pada 4 bulan itu," ujar Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin.

Lapangan kerja menyempit

Badai PHK yang malah makin besar itu kemungkinan masih akan berlanjut di tengah kelesuan manufaktur. Kelas menengah yang sudah banyak menanggung beban hingga mengalami penurunan daya beli beberapa tahun terakhir, juga terlihat makin pesimistis.

Laporan Survei Konsumen terbaru bulan Agustus yang dilansir oleh Bank Indonesia hari ini memperlihatkan, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja mencatat penurunan.

Demo Buruh Tekstil (Bloomberg Technoz/Pramesti)

Penurunan terutama terjadi di kelompok masyarakat dengan pengeluaran Rp3,1 juta—Rp4 juta yang anjlok hingga 7,2 poin. Begitu juga kelompok pengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta yang turun 3,7 poin pada Agustus.

Penurunan indeks itu berdampak pula pada indeks pembelian barang tahan lama (durable goods) kelas menengah. Indeks ini biasa dilihat sebagai salah satu ukuran daya beli. Pada Agustus, seperti dilaporkan oleh BI, indeks durable goods kelas pengeluaran Rp3,1 juta—Rp4 juta turun sampai 5 poin, satu-satunya kelompok yang mencatat penurunan.

Ketersediaan lapangan kerja yang dirasa menyempit saat ini, membuat ekspektasi terhadap peluang pekerjaan ke depan juga kecil. Indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja tercatat turun pada kelompok pengeluaran Rp3,1 juta—Rp4 juta sebesar 5,3 poin dan kelompok Rp4,1 juta—Rp5 juta sebanyak 3,5 poin.

(rui/wdh)

No more pages