"Benda ini mendarat, meledak, membunuh warga sipil, menghancurkan infrastruktur energi mereka." "Inilah yang dipilih Iran untuk dilakukan, Iran memilih untuk membantu Rusia melakukan hal-hal semacam ini," kata Moore. Burns mengatakan bahwa hubungan pertahanan antara Moskow dan Teheran adalah "jalan dua arah."
"Rusia memiliki kemampuan untuk melakukan sejumlah hal yang membantu menyempurnakan rudal balistik Iran yang membuatnya lebih berbahaya untuk digunakan melawan teman-teman dan mitra kami di seluruh Timur Tengah," ujarnya.
Burns mengatakan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan terus mengirimkan persenjataan ke Ukraina, tetapi menambahkan bahwa risiko eskalasi dengan Rusia tidak boleh dianggap enteng.
Dia mengatakan ada momen pada musim gugur 2022 ketika "ada risiko nyata dari potensi penggunaan senjata nuklir taktis," tetapi AS dan sekutunya tidak boleh terintimidasi oleh apa yang disebutnya sebagai "gertakan pedang Moskow."
Burns mengatakan bahwa dia mengunjungi mitranya dari Rusia, Sergey Naryshkin, pada akhir tahun 2022 untuk "memperjelas" konsekuensi dari eskalasi semacam itu. Burns dan Moore mengkritik apa yang mereka katakan sebagai kampanye sabotase yang dilakukan badan-badan intelijen Rusia di negara-negara Barat, yang membayar para penjahat setempat untuk melakukan tindakan pembakaran dan perusakan kriminal di Eropa.
"Fakta bahwa mereka mengandalkan elemen kriminal menunjukkan bahwa mereka sedikit putus asa," kata Moore. "Saya pikir badan intelijen Rusia telah menjadi sedikit liar, terus terang saja." Kedua kepala intelijen ini juga menyatakan harapannya akan adanya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Burns menegaskan kembali rencana AS terhadap sebuah proposal untuk mengakhiri permusuhan di Gaza dan kembalinya para sandera Israel.
Menyelesaikan konflik tersebut dapat mengarah pada normalisasi antara Israel dan Arab Saudi, yang "akan menjadi penangkal utama bagi ambisi Iran," katanya.
(bbn)