Anggota kunci koalisi tidak akan melanjutkan kenaikan yang dijadwalkan sebesar 180.000 barel per hari pada bulan Oktober dan November, menurut para delegasi.
Penundaan dimulainya penambahan barel minyak bisa membuat Arab Saudi mengekspor kurang dari 6 juta barel per hari, seperti yang terjadi selama tiga bulan terakhir.
Dengan kekhawatiran yang terus berlanjut bahwa penggunaan minyak yang lamban di China akan meninggalkan kelebihan minyak mentah di pasar, Arab Saudi, pemimpin de facto dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), tampak ragu untuk menambah volume produksi. Marjin penyulingan yang lebih lemah di Asia juga membatasi ruang gerak Aramco untuk menaikkan harga.
Banyak pengamat pasar memperkirakan stok minyak akan meningkat hingga akhir tahun ini dan berlanjut hingga 2025. Analis, termasuk dari Citigroup Inc, melihat risiko bahwa harga Brent bisa turun di bawah US$70 per barel jika OPEC+ melanjutkan rencana pelonggarannya.
Aramco juga memangkas harga untuk minyak mentahnya ke Eropa Barat Laut sekitar 80 sen per barel di semua kelas, dan mengurangi harga untuk minyak ke Amerika Utara sebesar 10 sen per barel.
Kekhawatiran terhadap permintaan juga menjadi fokus utama investor di AS, di mana permintaan bahan bakar motor sebagian besar mengecewakan selama musim panas, dan marjin penyulingan merosot ke level terendah sejak 2021. Hal ini terjadi meskipun persediaan minyak mentah AS menurun ke level terendah dalam setahun.
(bbn)