“Penurunan pasar tenaga kerja membawa kita ke perekrutan yang lebih lambat dari kejadian normal setelah dua tahun pertumbuhan yang besar,” kata Nela Richardson, Kepala Ekonom di ADP.
“Indikator berikutnya yang harus diperhatikan adalah pertumbuhan upah, yang stabil setelah penurunan drastis pasca-pandemi,” imbuhnya.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pejabat tinggi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengatakan saat ini mereka lebih khawatir tentang risiko terhadap pasar tenaga kerja daripada inflasi. Dengan tekanan harga sebagian besar turun dari puncaknya akibat pandemi, para pembuat kebijakan diperkirakan mulai memangkas suku bunga bulan ini.
“Sementara peluang saat ini mendukung pemotongan 25 basis poin pada pertemuan September The Fed, laporan pekerjaan yang sangat mengecewakan dapat mengubah peluang tersebut untuk mendukung pemotongan 50 basis poin,” menurut Bret Kenwell di eToro.
Adapun nanti malam, laporan penggajian Non-Farm (Non-Farm Payrolls) akan terbit, juga memberikan gambaran baru pada kesehatan pasar tenaga kerja AS.
Laporan pekerjaan diperkirakan menunjukkan penggajian meningkat sekitar 165.000, berdasarkan perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap ekonom.
Meskipun ada di atas kenaikan 114.000 yang sederhana pada Juli, pertumbuhan rata-rata selama tiga bulan akan turun menjadi lebih rendah dari 150.000 – sekaligus merupakan yang terkecil sejak awal 2021.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor merasa khawatir dan mencari rasa aman dari ketidakpastian mengenai kondisi kesehatan Ekonomi AS dan prospek pemangkasan suku bunga acuan di AS, terutama pasca rilis data ISM Manufacturing Index hari Selasa lalu yang keluar lebih rendah dari ekspektasi.
Selain itu, data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) juga memperlihatkan jumlah lowongan pekerjaan (Job Openings) di AS pada Juli turun ke level terendah sejak Januari 2021.
“Fokus perhatian investor juga akan tertuju pada rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) AS untuk bulan Agustus besok malam, guna mendapat kejelasan apakah Ekonomi AS sedang mengalami soft-landing menjelang pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
(fad)