Merdeka Battery Materials Akhirnya Mampu Galang Dana IPO Rp9,2 T
Yunia Rusmalina
18 April 2023 09:20
Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mampu meraih dana Rp9,2 triliun dalam proses penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di harga per saham Rp795.
“Terima kasih kepada para investor atas kepercayaannya kepada kami, sebagai salah satu pemain global terdepan yang terintegrasi secara vertikal dalam rantai nilai bahan baku strategis dan kedepannya dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik, sehingga kami mampu menggalang dana Rp9,2 triliun,” kata Devin Antonio Ridwan, Presiden Direktur MBMA, sesaat sebelum peresmian pencatatan saham perseroan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (18/4/2023).
Perusahaan yang terafiliasi dengan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) ini tercatat sebagai emiten ke-34 yang listing di pasar modal Indonesia tahun ini. Nilai IPO tersebut sekaligus mengoreksi kabar sebelumnya, gimana MBMA memperoleh dana Rp 8,7 triliun.
Hasil perolehan dana IPO salah satunya akan digunakan Merdeka Battery Materials untuk membangun dua pabrik peleburan nikel high pressure acid leach (HPAL) dengan masing-masing berkapasitas 120 ribu ton di Konawe, Sulawesi Tenggara. Pabrik tahap pertama ditargetkan selesai 2025 dengan kapasitas produksi 60 ribu ton. Nilai investasi pabrik ini US$1,28 miliar.
Berikut rincian penggunaan dana IPO Merdeka Battery Materials, seperti disampaikan dalam prospektus:
- Sekitar 53% pembayaran lebih awal untuk seluruh pokok utang yang timbul berdasarkan Perjanjian Fasilitas Berjangka. Nilai utang total US$ 300 juta dan terbagi ke dalam dua pihak, yaitu PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) US$ 225 juta. MDKA dan MBMA saling terafiliasi. Kemudian US$ 75 juta adalah utang persepan kepada ING Bank N.V., cabang Singapura (ING Bank).
- Sekitar 6% atau sekitar US$ 30 juta akan digunakan MBMA untuk mengambil alih hak tagih yang timbul dari Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk tanggal 23 Agustus 2022 yang diberikan oleh MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI). Selanjutnya, MBBA akan memiliki hak tagih kepada MTI senilai US$ 30 juta atau setara Rp460,5 miliar dengan syarat dan ketentuan yang sama dengan Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk.
- Sekitar 2% akan digunakan oleh MBMA untuk modal kerja seperti biaya karyawan, biaya jasa profesional, dan biaya keuangan.
- Sekitar 9% akan dipinjamkan kepada MTI. Uang pinjaman ini akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan AIM I. Proyek ini dijadwalkan akan memulai produksi pada tengah tahun ini.
- Sekitar 16% akan dipinjamkan kepada PT Zhao Hui Nickel (ZHN). Nilai pinjaman dibagi kembali sekitar 8,0% sebagai biaya sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pemasangan konversi nikel matte pada Smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ZHN. Proses pemasangan sampai saat ini sedang berjalan. Kemudian, sekitar 6% untuk modal kerja, seperti pembelian bahan baku utama, bahan baku pembantu, biaya listrik, serta biaya karyawan.
- Sekitar 6% akan dipinjamkan kepada PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) sebagai modal kerja mereka. Penjabarannya adalah sebagai biaya karyawan, biaya jasa profesional, pembayaran royalti ke kas negara, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya pemeliharaan dan perbaikan, serta biaya penambangan.
- Masih terdapat sisa dana IPO, sebagai penyetoran modal kepada PT Merdeka Industri Mineral (MIN). MIN akan menyetorkan modal dan meminjamkan kepada PT Sulawesi Industri Parama (SIP). Nilai penyertaan dan pinjmana masing-masing 50%. Pada tahap lanjutan, SIP akan membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan fase pertama dari pabrik HPAL 1 yang berkapasitas 60.000 ktpa (HPAL 1a) di Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP). Proyek ini merupakan bagian dari strategi usaha Perseroan dan Perusahaan Anak agar semakin terlibat dalam rantai nilai bahan baku strategis dan ke depannya dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik.