Logo Bloomberg Technoz

Saham-saham properti, saham konsumen primer, dan saham keuangan jadi yang tertinggi kenaikannya pada hari ini, menguat mencapai 1,72%, 1,62%, dan 1,38%. Selanjutnya saham infrastruktur menguat hingga 1,25%.

Saham yang menguat hingga menjadi top gainers di antaranya PT Grand House Mulia Tbk (HOMI) yang melesat 32,6%, PT Mitra Energi Persada Tbk (KOPI) melonjak 25%, dan PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA) melejit 24,8%.

Sedangkan saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Esta Multi usaha Tbk (ESTA) yang jatuh 11,1%, PT MNC Financial Services Tbk (BCAP) ambruk 11,1%, dan PT Net Visi Media Tbk (NETV) anjlok 9,76%.

Pada sore hari ini pukul 17.00 WIB, sejumlah index saham utama Asia juga kompak bergerak menghijau. i.a SETI (Thailand), Shenzhen Comp. (China), Straits Time (Singapura), Weighted Index (Taiwan), PSEI (Filipina), CSI 300 (China), dan Shanghai Composite (China), yang keseluruhannya menguat masing-masing 2,84%, 0,52%, 0,50%, 0,45%, 0,38%, 0,17%, dan 0,14%.

Di sisi berseberangan, NIKKEI 225 (Tokyo), Topix (Jepang), KLCI (Malaysia), Kospi (Korea Selatan), dan Hang Seng (Hong Kong) yang melemah 1,05%, 0,48%, 0,32%, 0,21%, dan 0,07%.

Adapun Bursa Asia berhasil bergerak lebih baik dari yang terjadi di Bursa Saham Amerika Serikat. Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street ditutup variatif (Mixed).

Nasdaq Composite, dan S&P 500 finis di zona merah, dengan melemah 0,30%, dan 0,16% bagi keduanya. Sementara, Dow Jones Industrial Average berhasil finis di zona hijau, dengan menguat 0,09%.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Defisit perdagangan AS melebar ke level tertinggi dalam dua tahun pada Juli. Adapun defisit ini mencerminkan perdagangan akan kembali membebani Produk Domestik Bruto setelah mengurangi paling banyak sejak awal 2022 pada Kuartal kedua. 

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, menurut data Departemen Perdagangan pada Rabu, defisit perdagangan barang dan jasa tumbuh 7,9% dari sebelumnya menjadi US$78,8 miliar. 

Nilai impor barang dan jasa meningkat 2,1% menjadi level tertinggi sejak Maret 2022. Ekspor hanya ada kenaikan 0,5%. Angka-angka tersebut sejatinya tidak disesuaikan dengan inflasi.

Kemudian, data lowongan kerja AS yang dikenal sebagai JOLTS Opening, terbit lebih rendah dari perkiraan hingga menyentuh level terendah sejak 2021. Laporan tersebut hadir jelang data penggajian yang sangat dinantikan pada Jumat, yang akan menjadi laporan data tenaga kerja sebelum FOMC pada 18 September nanti. 

Melemahnya pasar tenaga kerja AS, bersamaan dengan turunnya angka inflasi, mendorong Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Bank Sentral untuk memangkas suku bunga acuan.

Data tersebut memicu peningkatan taruhan bahwa pivot The Fed mungkin berjalan lebih cepat untuk mencegah resesi, yang tercermin dari melemahnya laju Ekonomi AS.

Probabilitas Federal Funds Rate dalam Rapat 18 September (CME FedWatch)

Di pasar swap, para pedagang meningkatkan taruhan pengguntingan suku bunga The Fed dalam FOMC September ini sebesar 50 bps dengan probabilitas makin besar, mencapai 44%.

Sedangkan probabilitas pemangkasan sebanyak 25 bps, melandai menjadi 56% dari tadinya sempat menyentuh 70%. Pada tutup tahun ini, pasar memperkirakan Fed Fund Rate akan bertengger di level 4,5%.

“Pasar tampaknya melihat September sebagai lemparan koin antara 25 dan 50 basis poin,” kata Neil Dutta di Renaissance Macro Research. 

Mengutip CME FedWatch Tools sore ini, probabilitas Bank Sentral Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 5,00–5,25% dalam rapat 18 September menanjak ke angka keyakinan 57%.

Dengan sisanya pemangkasan ke titik level 4,75%–5,00%. Dengan itu, dapat dipastikan The Fed bakal memangkas suku bunga acuan, pertanyaannya, seberapa banyak.

(fad)

No more pages