Logo Bloomberg Technoz

Upaya mengatasi krisis iklim itu, menurut Rosan perlu dukungan dari negara maju untuk menyalurkan investasi untuk sektor hijau ke negara-negara berkembang dan menggencarkan pendanaan ramah lingkungan.

“Mendukung negara-negara berkembang dengan investasi dan pendanaan ramah lingkungan, perdagangan dan akses pasar, integrasi rantai pasokan, transfer teknologi, serta penelitian dan pengembangan, untuk membuka potensi penuh energi terbarukan,” ucap Rosan.

Sebelum itu, Rosan menyebutkan investasi global untuk energi dan bahan bakar terbarukan pada 2023 sudah mencapai US$623 miliar atau Rp9.602 triliun. Angka ini naik 8,1% dari tahun sebelumnya.

Namun, ia menilai perkembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih sangat timpang di level global. Sebab, kemajuan teknologi tersebut masih terpusat di China, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS).

“Investasi global untuk energi terbarukan dan bahan bakar mencapai rekor tertinggi baru sebesar US$623 miliar atau meningkat 8,1% dari tahun ke tahun. Pengembangan energi terbarukan di tingkat regional masih sangat timpang,” ujar Rosan.

Ia menyebut, China masih menjadi negara yang memimpin arus masuk investasi EBT global dengan capaian investasi untuk energi dan bahan bakar terbarukan mencapai 44% dari proporsi investasi dunia.

Selanjutnya, Uni Eropa dengan proporsi investasi energi terbarukan sebesar 21% dari total investasi global. Terakhir,  merupakan AS dengan proporsi investasi energi terbarukan sebesar 15% dari proporsi investasi EBT global.

(azr/lav)

No more pages