Logo Bloomberg Technoz

Luhut Sentil AS Soal Transisi Energi: Emisinya Besar Ketimbang RI

Dovana Hasiana
05 September 2024 11:20

Luhut Pandjaitan. (Dok: Bloomberg)
Luhut Pandjaitan. (Dok: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Investasi dan Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut desakan global terhadap transisi energi di Tanah Air masih terus diadang isu pembiayaan, padahal negara-negara maju menghasilkan emisi karbon yang lebih besar dari Indonesia.

“Untuk mencapai target 2060 tanpa emisi, kami berusaha mencapainya lebih awal. Kami sudah memiliki 400 proyek yang sedang berjalan saat ini. Saya bisa memberikan satu contoh seperti PLTU Suralaya 2 [berkapasitas] 2,2 gigawatt. Kami akan menutup ini, dan kami memiliki [rencana menutup PLTU] Cirebon. Jadi kami berbicara tentang proyek konkret yang sudah kami rencanakan, tetapi masalah yang terus kami bahas adalah tentang pembiayaan,” ujarnya di sela Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2024, Kamis (5/9/2024).

Di tengah desakan agar Indonesia mempercepat transisi energi, Luhut mensinyalir negara-negara maju cenderung bias. Pasalnya, dia menyebut kontribusi Indonesia terhadap emisi karbon per kapita sebenarnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara maju.

“Saya menjelaskan hal ini kepada [Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet] Yellen selama G20. Saya katakan Indonesia hanya 2,5 ton per kapita, sementara AS sudah 14 hingga 15 ton per kapita. Dan baseline-nya adalah 4,5 ton per kapita. Jadi kita harus adil dalam melihat ini. Tidak boleh seperti ini,” tegasnya.

Pemukiman dengan latar PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Luhut kembali menekankan bahwa transisi energi di Indonesia berpedoman pada prinsip keseimbangan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih, Indonesia memiliki rencana untuk mencapai pertumbuhan sekitar 6% dalam 10 tahun ke depan agar bisa menjadi negara berpenghasilan tinggi.