“Selama dunia menggunakan pendekatan ekonomi, selama dunia hanya menghitung keuntungannya sendiri, dan selama dunia hanya mementingkan egosentrisnya sendiri," ucap Jokowi
Dalam kesempatan itu, ia menyatakan Indonesia sangat terbuka untuk bermitra dengan negara manapun dalam mengatasi dampak perubahan iklim “untuk berikan akses energi hijau berkeadilan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif berkelanjutan," ucapnya.
Pada akhir pidatonya, Jokowi kembali menegaskan bahwa kolaborasi antar negara dalam menangani dampak perubahan iklim bukan sebuah pilihan melainkan sebuah keharusan dan kewajiban.
"Saya harap forum ISF ini dapat menjadi tempat bertemunya pengetahuan, tempat bertemunya pengalaman, tempat bertemunya sumber daya yang dapat jadi modal bersama dalam kolaborasi menghadapi tantangan iklim yang ada," tandasnya.
Dalam kesempatan itu, ia turut memamerkan upaya RI dalam mencapai net zero emission (NZE) yang menurutnya berkontribusi bagi lingkungan dunia.
Ia menyebut, RI memiliki potensi penyerapan karbon dengan hutan mangrove yang ia klaim terbesar di dunia yakni seluas 3,3 juta hektar. Hal ini, menurutnya mampu menyerap karbon 8-12 kali dari hutan hujan tropis.
"Indonesia memiliki potensi energi hijau yang melimpah mencapai lebih dari 3.600 gigawatt kami juga memiliki PLTS apung di waduk Cirata dengan kapasitas 192 megawatt, terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia," ucapnya.
Kepala Negara juga menyatakan Indonesia memiliki kawasan hijau sebesar 13 ribu hektar dan Jokowi klaim menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
(azr/lav)