Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Jumlah pipeline initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mendadak berkurang. Penurunan pipeline ini terjadi di tengah skandal gratifikasi IPO yang melibatkan sejumlah oknum.

Sejak awal tahun hingga akhir Agustus 2024, BEI mencatat terdapat 23 calon emiten yang kini berada dalam antrean IPO. Angka itu berkurang lims dari catatan BEI pada awal Agustus lalu yang menyatakan terdapat 28 pipeline IPO.

"Penyebabnya ada yang merupakan keputusan internal perusahaan untuk menunda, maupun yang berdasarkan evaluasi Bursa belum dapat memberikan persetujuan," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, Kamis (5/9/2024).

Nyoman membantah jika berkurangnya pipeline IPO ada kaitannya dengan skandal gratifikasi.

"Semua proses evaluasi dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yg berlaku, tidak ada kaitannya dengan isu lain," tegas Nyoman.

Adapun dari 23 calon emiten baru tersebut, BEI mencatat terdapat 4 perusahaan yang memiliki aset skala besar atau di atas Rp250 miliar. 

Kemudian, 17 perusahaan lainnya memiliki aset skala menengah atau antara Rp50 dan Rp250 miliar. Sisanya memiliki aset kecil atau di bawah Rp50 miliar.

Mayoritas sektor perusahaan tersebut berasal dari sektor usaha consumer non-cyclicals, cyclicals, dan energi, yang masing-masing berjumlah 4 perusahaan.

BEI telah kedatangan IPO dengan nilai setara Rp5,15 triliun. Nilai itu berasal dari total 34 emiten yang telah resmi mencatatkan sahamnya di bursa Tanah Air sejak awal tahun ini.

Untuk pipeline obligasi, BEI juga telah menghimpun dana sebesar Rp88,4 triliun dari sebanyak 105 emisi dan 62 penerbit (Efek bersifat utang dan/atau Sukuk). Disaat bersamaan, juga terdapat 15 emisi dari 11 EBUS yang kini berada di pipeline.

Sedangkan untuk right issue, terdapat 15 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp34,42 Triliun. 24 perusahaan lainnya masih berada di pipeline.

(ibn/dhf)

No more pages