Tercatat nilai ekspor pada Maret 2023 sebesar US$23,5 miliar. Ekspor turun 11,33% yoy dan menjadi kontraksi ekspor pertama sejak Oktober 2020. Sama halnya, nilai impor US$20,59 miliar, turun 6,26% yoy.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$2,91 miliar. Walau terjadi surplus, pencapaian ini terjadi perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$5,46 miliar.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, ekspor anjlok 11,33% dan ini adalah penurunan kinerja ekspor yang pertama dalam 29 bulan, dan yang terparah sejak Mei 2020. Impor menciut 6,26% dan memperpanjang kontraksi menjadi dua bulan beruntun.
“Ini adalah surplus Neraca Perdagangan terkecil sejak Mei 2022,” jelasnya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup terkoreksi 0,5% ke 6.787, pergerakan IHSG pun masih berada di antara MA-20 dan MA-60. Saat ini posisi IHSG masih berada pada fase konsolidasinya.
“Hal tersebut berarti pergerakan IHSG akan cenderung tertekan, dan rawan terkoreksi ke bawah 6.735 sebagai support terdekatnya. Meskipun menguat, maka akan terbatas untuk menguji rentang area 6.793 - 6.810 saja, waspadai apabila IHSG menembus 6.735 maka arah koreksi IHSG akan menuju ke 6.667 - 6.705,” jelas Herditya dalam riset harian yang diterbitkannya Selasa (18/4/2023).
Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, AGII, BRPT, HILL, dan JPFA.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan kemarin IHSG ditutup melemah, akan tetapi investor asing tetap mencatatkan net buy sebesar Rp 445 miliar di reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak sideways cenderung menguat dengan resistance 6.800 - 6.832, dan support 6.770 - 6.743. Dengan saham rekomendasinya ialah GOTO, ESSA, BRMS, JPFA, BBRI dan ADMR.
(fad/wep)