Logo Bloomberg Technoz

Saat harga minyak nabati pesaing makin murah, maka keuntungan menggunakan CPO akan berkurang.

Sentimen kedua adalah kabar dari India. Pada Agustus, impor CPO India anjlok 27%. Penurunan ini terjadi karena stok yang sudah cukup dan, seperti disinggung di atas, harga CPO sudah lumayan mahal dibandingkan minyak nabati lainnya.

India adalah importir CPO terbesar dunia. Saat permintaan dari India turun, maka akan sangat mempengaruhi pembentukan harga.

Ketiga adalah perkembangan nilai tukar mata uang ringgit Malaysia. Kemarin, ringgit menguat 0,34% terhadap dolar AS.

CPO adalah aset yang diperjualbelikan dalam ringgit. Ketia ringgit terapresiasi, maka CPO menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Faktor ini juga mempengaruhi permintaan CPO.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO sejatinya masih berada di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 58,14. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang berada di posisi bullish.

Sementara indikator Stochastic RSI berada di 71,49. Menghuni area beli (long) dan lumayan kuat.

Oleh karena itu, harga CPO kemungkinan bisa bangkkut dari keterpurukan. Cermati pivot point di MYR 4.069/ton. Sebab jika tertembus, maka target resisten di MYR 4.082-4.108/ton bisa terkonfirmasi.

Adapun target support terdekat adalah MYR 3.873/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga CPO turun lagi ke arah MYR 3.866/ton.

(ain)

No more pages