Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham mencatat kenaikan luar biasa dan menjadi top gainers. Di antaranya adalah PT Perma Plasindo Tbk (BINO) yang melonjak 34,5%, PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk (AKSI) dan PT Inter Delta Tbk (INTD) melesat 34,4% serta PT Grand House Mulia Tbk (HOMI) juga menguat 34,3%.

Sedangkan sejumlah saham yang melemah dan menjadi top losers di antaranya PT Aman Agrindo Tbk (GULA) yang anjlok 17,2%, PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk (PGLI) jatuh 14,8%, dan PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) ambruk 9,85%.

IHSG menjadi satu-satunya dari sekian Bursa Asia yang berhasil menghijau sepanjang hari dengan menguat 0,74%.

Sementara Bursa Saham Asia lainnya tertekan di zona lautan merah, i.a TW Weighted Index (Taiwan), Nikkei 225 (Tokyo), TOPIX (Jepang), KOSPI (Korea Selatan), Straits Times (Singapura), Hang Seng (Hong Kong), Shanghai Composite (China), CSI 300 (China), Shenzhen Comp (China), KLCI (Malaysia), SENSEX (India), PSEI (Filipina), dan SETI (Thailand) yang terpangkas masing-masing 4,52%, 4,24%, 3,65%, 3,15%, 1,12%, 1,10%, 0,67%, 0,65%, 0,59%, 0,38%, 0,32%, 0,04%, dan 0,01%.

Salah satu sentimen yang mewarnai laju Bursa Asia hari ini utamanya datang dari Aktivitas Jasa China yang berekspansi amat rendah dari yang diharapkan sebelumnya.

Survei swasta di lapangan menggambarkan bertambahnya kekhawatiran atas kesehatan Ekonomi China. Indeks Manajer Pembelian Jasa Caixin China melambat menjadi 51,6 pada Agustus, dibandingkan dengan 52,1 pada bulan sebelumnya, menurut pernyataan yang dirilis terbaru oleh Caixin dan S&P Global pada Rabu (4/9/2024).

Ekspansi jasa China. (Dok: Bloomberg)

Perkiraan median para ekonom yang disurvei Bloomberg ada di angka 51,8. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, temuan-temuan ini menambah gambaran ekonomi yang berisiko bakal terhenti, dengan data resmi yang diterbitkan menunjukkan Industri Jasa mulai dari restoran hingga pariwisata hampir mengalami kontraksi selama bulan-bulan musim panas.

Aktivitas Pabrik China mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut di Agustus, pertanda terbaru bahwa negara dengan perekonomian terbesar nomor dua di dunia ini mungkin akan kesulitan untuk mencapai target pertumbuhan tahun ini sekitar 5%.

“Saya rasa ada masalah besar –sekarang semua orang menyadari hal ini,” ujar Hao Ong, Kepala Ekonom di Grow Investment Group, dalam wawancara baru-baru ini.

“Pemerintah perlu melakukan lebih banyak lagi,” imbuhnya.

Berbagai data yang melambat ini telah menyoroti urgensi stimulus baru dari Pemerintah, jadi bukti bahwa aktivitas Ekonomi masih terlalu lemah untuk menghasilkan surplus.

(fad)

No more pages