"Pengadaan susu dari Mega Farm membutuhkan waktu 2—3 tahun. Hal yang diusulkan maunya pengadaan awalnya memaksimalkan ke peternak lokal di seluruh Indonesia, tetapi jika tidak mungkin ada produk alterenatif yang bisa dilakukan sebagai pengganti susu sapi," jelasnya.
"Kalau pengganti dari lokal belum ada ya alternatifnya, mungkin dari luar. Mungkin yang diusulkan itu karena kan ini kan kebutuhan gizi," tegasnya.
Mengenai pengadaan sapi perah, dirinya menjelaskan bahwa masih belum ada keputusan pasti, tetapi beberapa negara seperti Selandia Baru, Brasil, dan Australia menjadi alternatif.
Diberitakan sebelumnya ID Food juga telah mengkonfirmasi penjajakan dengan PTPN dan Frisian Flag Indonesia mengenai penyediaan susu dalam program Makan Bergizi Gratis pada 2025.
Sis Apik menjelaskan penjajakan kerja sama dengan PTPN, melalui PTPN VIII, dilakukan untuk penyediaan lahan peternakan sapi perah dilakukan di wilayah Jawa Barat.
"Kita rencana untuk dairy akan kerja sama lahan dengan PTPN di daerah ketinggian di Jawa Barat, [dengan] PTPN VIII. Ini masih penjajakan, mudah-mudahan segera,” ujar Sis Apik saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Senin (26/8/2024).
Sementara itu, dengan Frisian Flag, ID Food tengah melakukan penjajakan dari sisi teknologi untuk peternakan sapi perah. Pasalnya, saat ini ID Food melalui anak usahanya, PT Berdikari (Persero), belum pernah memproduksi susu dan hanya fokus pada ekosistem peternakannya.
Sebagai catatan, dalam Pasal 55 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83/2024 dijelaskan bahwa, pelaksanaan tugas dan fungsi kerawanan gizi yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas dialihkan menjadi tugas dan fungsi Badan Gizi Nasional.
Adapun, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana memerinci komposisi gizi program makan siang gratis.
"Kurang lebih yang akan terencana ialah terdiri dari, karbohidrat 175 gram, protein hewani 60 gram, sayuran 80—100 gram, buah 60 gram, susu 125 ml hingga 200 ml," ujar Dadan kepada Bloomberg Technoz.
(prc/wdh)