Logo Bloomberg Technoz

Importir Minyak Besar, RI Telat Siapkan Stok Buat Krisis Energi

Dovana Hasiana
04 September 2024 14:10

PT Pertamina International Shipping (PIS) tambah armada kapal tipe Very Large Gas Carriers (VLGC) yang dinamai Kapal Pertamina Gas Dahlia. (Dok. PIS)
PT Pertamina International Shipping (PIS) tambah armada kapal tipe Very Large Gas Carriers (VLGC) yang dinamai Kapal Pertamina Gas Dahlia. (Dok. PIS)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Indonesia dinilai sudah sangat mendesak untuk memiliki cadangan penyangga energi (CPE) atau buffer stock minyak dan gas (migas) nasional, sebagaimana sudah dilakukan oleh mayoritas negara lain di dunia, sebagai antisipasi keadaan kahar atau bahkan krisis energi.

Anggota Unsur Pemangku Kepentingan Kalangan Industri Dewan Energi Nasional (DEN) Abadi Poernomo mengatakan semua negara memiliki stok penyangga komoditas energi yang dimanfaatkan untuk mengantisipasi keadaan kahar seperti bencana alam, perang, embargo, serta mengantisipasi kenaikan harga minyak.

“Indonesia belum memiliki CPE, yang dimiliki saat ini cadangan operasional yang disiapkan badan usaha,” ujarnya saat dihubungi Bloomberg Technoz, Rabu (4/9/2024).  

Perlu diketahui bahwa Indonesia adalah di antara negara di kawasan dan satu di antara negara berpenduduk keempat terbesar di dunia, dan sudah berstatus net importer [migas], yang belum memiliki CPE.

Anggota Unsur Pemangku Kepentingan Kalangan Lingkungan Hidup DEN Yusra Khan

Setala, Anggota Unsur Pemangku Kepentingan Kalangan Lingkungan Hidup DEN Yusra Khan mengatakan urgensi pengadaan stok penyangga komoditas energi —mulai dari minyak mentah, bahan bakar minyak (BBM), hingga LPG — sudah dimandatkan dalam UU No. 30/2007 tentang Energi sejak lama.

“Ini juga sebagai perwujudan tanggung jawab negara dalam menjaga kelangsungan pasokan energi, sebagai antisipasi kondisi krisis dan/atau darurat energi, untuk kesinambungan kehidupan dan kegiatan masyarakat, kegiatan perekonomian maupun fungsi pemerintahan,” terangnya, dihubungi secara terpisah.