Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers, di antaranya PT Aman Agrindo Tbk (GULA) yang anjlok 16,3%, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) yang jatuh 11,5%, dan PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) yang ambruk 9,85%.
Sementara indeks saham utama Asia kompak menapaki jalur merah, yang berseberangan dengan laju IHSG. Pada pukul 13.00 WIB, TW Weighted Index (Taiwan), Nikkei 225 (Tokyo), TOPIX (Jepang), KOSPI (Korea Selatan), Straits Times (Singapura), Hang Seng (Hong Kong), Shanghai Composite (China), CSI 300 (China), SENSEX (India), Shenzhen Comp (China), PSEI (Filipina), KLCI (Malaysia), dan SETI (Thailand) yang terpangkas masing-masing 4,52%, 4,22%, 3,63%, 3,08%, 1,51%, 1,26%, 0,60%, 0,58%, 0,50%, 0,38%, 0,31%, 0,31%, dan 0,09%.
Bursa Saham Asia tersengat dengan mayoritas pelemahan yang terjadi di Bursa Saham Amerika Serikat. Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup di zona merah. Nasdaq Composite dan S&P 500 ambles mencapai 3,26% dan 2,12%. Sedangkan, Dow Jones Industrial Average melemah 1,51%.
Adapun indeks global dan regional tertekan akibat kekhawatiran akan resesi yang kembali melonjak. Imbas Aktivitas Manufaktur di negara dengan Ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat, menyusut pada Agustus untuk bulan kelima berturut-turut, mencerminkan tingkat penurunan yang lebih cepat dalam hal pesanan dan produksi.
“Penjualan besar-besaran di Wall Street adalah sebuah pengingat bahwa bulan September memiliki reputasi buruk karena goyahnya risk appetite,” kata Wisnu Varathan, Chief Economist and Strategist Mizuha Bank di Singapura.
Indeks Manufaktur Institute for Supply Management (ISM) hanya mencatat kenaikan tipis 0,4 poin menjadi 47,2, data yang dirilis pada Selasa menunjukkan. Angka di bawah 50 mengindikasikan level kontraksi.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Indikator Produksi Grup merosot untuk bulan kelima –lebih dalam ke wilayah kontraksi menuju level terendah sejak Mei 2020. Indeks Pesanan Baru, yang menunjukkan pemesanan menyusut ke level terendah dalam 15 bulan.
Angka-angka tersebut kembali meleset dari perkiraan, mendorong kekhawatiran tentang permintaan global yang lemah. ‘Pengukur rasa takut’ Wall Street VIX melonjak tinggi.
(fad)