Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih menemukan jajanan berbuka puasa atau takjil yang mengandung bahan berbahaya. Beberapa di antaranya tercatat mengandung formalin, boraks, hingga pewarna yang bukan untuk makanan atau minuman.
Kepala BPOM Penny Lukito mengatakan, lembaganya telah memeriksa 8.600 sampel takjil secara acak di seluruh wilayah Indonesia. Hasilnya, sebanyak 95 takjil atau setara 1,1% di antaranya mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Seluruh temuan takjil yang mengandung bahan-bahan berbahaya akan diamankan BPOM untuk kemudian dimusnahkan," kata Penny dalam konferensi pers secara daring, Senin (17/4/2023).
Menurut dia, sebanyak 0,57% atau 49 dari 8.600 sampel takjil mengandung formalin atau pengawet. Senyawa kimia ini bisa memperbaiki tekstur makanan menjadi lebih menarik dan tahan lama.
BPOM juga mencatat sebanyak 0,33% atau 28 sampel takjil mengandung rhodamin B. Ini adalah senyawa yang kerap menjadi pewarna sintetis pada industril tekstil dan kertas. Sedangkan, 25 sampel takjil lainnya atau 0,29% dari total sampel mengandung boraks.
Akan tetapi, Penny enggan membeberkan nama makanan atau minuman, serta lokasi sampel yang mengandung tiga bahan berbahaya tersebut.
Meski demikian, dia mengatakan, temuan pangan berbahaya selama masa Ramadan tahun ini menurun 7,3% dibandingkan tahun lalu.
Penny mengklaim, hal ini sebagai hasil dari perluasan pengawasan BPOM yang menjadi lebih luas hingga 33,3%. Tahun ini, BPOM melakukan pengawasan intensif sejak 13 Maret-19 April 2023 terhadap pangan olahan yang beredar di pasaran.
Selain itu, kata dia, penurunan temuan pangan olahan yang mengandung bahan berbahaya juga dipengaruhi peningkatan pemahaman masyarakat. Saat ini, masyarakat lebih jeli melihat tawaran makanan dan minuman yang dijajakan para pedagang. Hal ini, turut mendorong para pedagang menggunakan bahan yang baik sehingga laku di pasaran.
"Dan dari data ini, angkanya terus menurun, kami berterima kasih sekali kepada pedagang dan pengusaha takjil yang sudah memahami pentingnya standar tersebut," ujar Penny.
(rez/frg)