Sebagai catatan, pada November tahun lalu, Musk menyebut pendapatan iklan di Twitter turun. Itu terjadi lantaran adanya kelompok aktivis karena telah menekan para pengiklan.
Twitter belakangan ini sedang berjuang mengembalikan performa keuangan mereka, dengan menekan kerugian dalam pendapatan iklannya.
Diketahui banyak pengiklan yang menarik diri dari platform microblogging tersebut di tengah kekhawatiran tentang kebijakan moderasi. Musk mengatakan bahwa dirinya tidak ingin platform ini menjadi "neraka yang bebas untuk semua."
Twitter juga baru-baru ini melonggarkan larangan iklan politik selama tiga tahun sebagai bagian dari pergeseran kebijakan yang berkelanjutan. Pada awal tahun ini, Twitter memangkas sekitar 40 ilmuwan data dan insinyur yang bekerja di bidang periklanan, demikian yang dilaporkan The Information.
Musk telah berusaha untuk mendiversifikasi bisnis perusahaan dari pendapatan iklan sejak mengakuisisi Twitter pada Oktober 2022. Salah satunya dengan meluncurkan "Twitter Blue" yang menampilkan setengah dari jumlah iklan dibanding akun yang tidak terverifikasi. Layanan Twitter Blue tersedia di AS, Inggris Raya (UK), Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Jepang.
Pengguna harus membayar US$ 11 atau sekitar Rp 166.000 per bulan untuk berlangganan Twitter Blue, melalui Google Play atau AppStore. Harga berlangganan tersebut terlihat lebih mahal 35 persen dibandingkan biaya berlangganan khusus website yang hanya dibanderol US$ 8 per bulan (Rp 120.000).
(rez/wep)