Data manufaktur itu membuat indeks saham di Wall Street anjlok tajam. Sementara surat utang diserbu.
Investor global langsung berarak menyerbu US Treasury, surat utang AS, mengikis tingkat imbal hasil 7,2 bps ke level 3,831% untuk tenor 10Y dan 5,1 bps ke level 3,865% untuk tenor 2Y. Penurunan yield UST itu memperlebar selisih dengan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) menjadi 280 bps, yang mungkin akan memberi angin bagi masuknya asing lebih banyak ke pasar obligasi negara RI.
Hari ini investor menunggu rilis data posisi Investasi Internasional RI kuartal II-2024, lalu PMI Caixin sektor jasa China, juga data pembukaan lapangan kerja AS, order pabrik, serta perdagangan Amerika Serikat.
Lelang SUN lesu
Dalam gelar lelang Surat Utang Negara (SUN) kemarin, animo pemodal merosot di tengah peningkatan ekspektasi pemangkasan bunga The Fed jadi 50 bps dari tadinya 25 bps pada bulan ini.
"Adanya indikasi soft landing ekonomi AS dengan tingkat inflasi PCE di AS yang stabil pada level 2,5% mendorong meningkatnya ekpektasi pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate sebesar 25 bps dari sebelumnya 50 bps," kata Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Deni Ridwan.
Lelang SUN membukukan permintaan atau incoming bids senilai Rp45,5 triliun, atau turun 56% dibanding nilai animo pada lelang SUN sebelumnya yang melesat hingga Rp104 triliun.
Dari total animo yang masuk tersebut, SUN seri FR0104, jatuh tempo tahun 2030, menarik peminat terbesar dengan nilai bid masuk mencapai Rp15,16 triliun. Sedangkan seri FR0103, jatuh tempo tahun 2035, menyusul di belakangnya dengan incoming bids hingga Rp14,30 triliun.
Total incoming bids yang dimenangkan dalam lelang hari ini adalah Rp22 triliun, sesuai target penjualan yang ditetapkan pemerintah selaku penerbit surat utang.
Dalam lelang SUN hari ini, pemodal asing membukukan permintaan senilai 27,26% dari total incoming bids atau setara Rp12,4 triliun. Dari nilai itu, yang dimenangkan adalah sebanyak Rp7,64 triliun.
(rui)