Logo Bloomberg Technoz

“Negara tetangga seperti Malaysia dan Australia juga kembali mencatatkan PMI manufaktur yang terkontraksi masing-masing pada level 49,7 dan 48,5,” kata Febrio.

Meski begitu, ia mengklaim bahwa optimisme manufaktur masih terjaga meskipun PMI Manufaktur Indonesia mengalami perlambatan.

Menurutnya hal itu tercermin dengan industri makanan dan minuman serta kimia farmasi hingga triwulan II yang masih tumbuh  di atas 5%. Febrio mengklaim, industri logam dasar tumbuh hingga 18,1% seiring hilirisasi yang terus berlanjut.

Febrio menyatakan pemerintah menempuh beberapa langkah untuk tetap menjaga daya saing produk TPT yakni dengan penerapan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) untuk beberapa produk TPT.

“Di antaranya untuk Pakaian dan Asesori Pakaian s.d. November 2024; Tirai, Kelambu Tempat Tidur, serta Benang dari Serat Staple Sintetik dan Artifisial s.d. Mei 2026; Kain dan Karpet s.d. Agustus 2027; serta penerapan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk produk Poliester Staple Fiber (benang) dari India, Tiongkok, dan Taiwan s.d. Desember 2027,” katanya.

Sebagai informasi, S&P Global mencatat PMI Indonesia pada Agustus 2024 bertengger di posisi 48,9, kian merosot dari bulan sebelumnya di level 49,3. PMI di bawah ambang 50 menandakan adanya kontraksi terhadap kinerja manufaktur suatu negara.

"Penurunan ekonomi manufaktur Indonesia memburuk selama bulan Agustus, ditandai dengan penurunan paling tajam baik dalam pesanan baru maupun produksi selama tiga tahun,” papar Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market, dalam laporan yang dilansir Senin (2/9/2024).

“Tidak mengherankan, perusahaan merespons dengan memangkas jumlah karyawan, meskipun banyak yang ingin mencatat bahwa hal ini bersifat sementara. Hal ini mungkin mencerminkan keyakinan bahwa kondisi operasional akan membaik, dan keyakinan secara keseluruhan tetap positif meskipun sedikit melemah sejak Juli,” lanjutnya.

(azr)

No more pages