Logo Bloomberg Technoz

Dari total animo yang masuk tersebut, SUN seri FR0104, jatuh tempo tahun 2030, menarik peminat terbesar dengan nilai bid masuk mencapai Rp15,16 triliun. Sedangkan seri FR0103, jatuh tempo tahun 2035, menyusul di belakangnya dengan incoming bids hingga Rp14,30 triliun.

Sedangkan seri lain mencatat permintaan moderat di kisaran Rp2 triliun sampai Rp3,5 triliun.

Untuk seri paling diincar yakni FR0104, investor meminta yield antara 6,43%-6,60%. Sedang FR0103 yield masuk yang diminta peserta lelang antara 6,57%-6,80%. Pemerintah memenangkan seri pertama di kisaran 6,465% dan seri kedua di 6,639%.

Yield yang dimenangkan untuk seri FR0104 itu lebih rendah dibanding lelang sebelumnya di mana pemerintah memberikan yield 6,501%. Begitu juga seri FR0103 yang diberikan yield 6,659% dan tertinggi di 6,670% pada lelang 20 Agustus.

Total incoming bids yang dimenangkan dalam lelang hari ini adalah Rp22 triliun, sesuai target penjualan yang ditetapkan pemerintah selaku penerbit surat utang.

Dalam lelang SUN hari ini, pemodal asing membukukan permintaan senilai 27,26% dari total incoming bids atau setara Rp12,4 triliun. Dari nilai itu, yang dimenangkan adalah sebanyak Rp7,64 triliun.

Masih jadi incaran asing

Meski hari ini pasar cenderung tertekan ditambah lelang juga memperlihatkan penurunan minat, sejatinya di mata pemodal asing, surat utang rupiah masih jadi incaran menarik.

Beberapa pengelola dana global seperti BlackRock, fund manager Amerika yang mengelola dana puluhan triliun, menilai surat utang RI adalah salah satu yang menarik di pasar negara berkembang, bahkan di tengah potensi peningkatan volatilitas pasar yang biasa terjadi setiap September.

Surat utang terbitan Filipina dan Indonesia, menjadi favorit perusahaan pengelola aset ini terutama untuk tenor menengah dan panjang, seiring dengan ruang yang makin luas bagi bank sentral di dua negara itu untuk melonggarkan kebijakan moneternya. 

Surat utang di emerging market Asia (Dok. Bloomberg)

"Ini adalah masa keemasan, golden age, bagi aset-aset fixed income di Asia khususnya di emerging market-nya. Saya pikir akan menjadi hal yang tepat untuk menambah sedikit lagi durasi jika terjadi volatilitas," kata Neeraj Seth, Head of Asian Fixed Income BlackRock di Singapura, seperti dilansir oleh Bloomberg News.

Data Bloomberg mencatat, dalam 10 tahun terakhir, obligasi di Asia hanya mencatat kerugian 1% setiap September dibanding penurunan hingga 2,1% oleh obligasi di emerging market Amerika Latin.

Indonesia sejauh ini menjadi negara yang paling banyak menikmati limpahan dana asing yang menyerbu pasar negara berkembang terpicu sentimen pivot The Fed yang makin memuncak. 

Investor asing telah memborong obligasi negara sedikitnya US$2,2 miliar selama Agustus, menjadi nilai belanja terbesar oleh investor nonresiden sejak Januari 2023 silam. Bahkan pada 22 Agustus saja, asing memborong surat utang RI hingga Rp9,6 triliun, pembelian sehari terbesar dalam lima tahun terakhir.

"Bila dolar AS tidak lagi dominan, maka akan semakin mudah dan murah bagi pasar negara berkembang dalam mencari pendanaan, termasuk Indonesia," kata Mark Nash, fund manager di Jupiter Asset Management di London, yang menyatakan telah memborong SUN-10Y.

(rui)

No more pages