Di sisi lain, rupiah bukan cuma terimbas sentimen regional, rupiah juga terbebani data kinerja manufaktur Indonesia yang semakin dalam terkontraksi. Di sisi lain, penurunan tingkat indeks harga konsumen memperpanjang rentang deflasi RI ke rekor terlama sejak era krisis moneter 25 tahun silam.
Jadi incaran asing
Bulan September menjadi bulan 'kutukan' bagi pelaku pasar karena biasanya volatilitas makin tajam. Namun, di tengah ancaman volatilitas yang meningkat, aset-aset pasar keuangan RI sepertinya masih akan diburu para investor asing.
Para pengelola dana kelas kakap dunia akan melanjutkan perburuan aset-aset investasi RI bulan ini yang secara historis volatilitasnya tajam, terutama jelang pertemuan Federal Reserve (The Fed), yang diprediksi akan memulai pivot penurunan bunga acuan.
Salah satu fund manager besar dunia asal Amerika Serikat (AS), BlackRock, yang mengelola dana puluhan triliun dolar AS, sudah bersiap memanfaatkan volatilitas pasar yang terjadi pada September untuk memborong aset di pasar negara berkembang, terutama surat utang alias obligasi.
Surat utang terbitan Filipina dan Indonesia, menjadi favorit perusahaan pengelola aset ini terutama untuk tenor menengah dan panjang, seiring dengan ruang yang makin luas bagi bank sentral di dua negara itu untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
"Ini adalah masa keemasan, golden age, bagi aset-aset fixed income di Asia khususnya di emerging market-nya. Saya pikir akan menjadi hal yang tepat untuk menambah sedikit lagi durasi jika terjadi volatilitas," kata Neeraj Seth, Head of Asian Fixed Income BlackRock di Singapura, seperti dilansir oleh Bloomberg News.
(rui)