Logo Bloomberg Technoz

Selain dibayangi data negatif kinerja manufaktur domestik serta sentimen regional terutama dari China, rupiah hari ini kemungkinan juga akan terpengaruh pergerakan pasar surat utang. Pemerintah akan menggelar lelang surat utang negara dengan target penjualan Rp22 triliun. Lelang ini akan menjadi yang pertama setelah dalam lelang SUN sebelumnya permintaan investor pecah rekor terbesar sejak 2021 lalu.

Dalam perdagangan kemarin, sebagian besar tenor mencatat kenaikan tingkat imbal hasil alias yield. Tenor 2Y naik 1,4 bps dan 10Y juga naik 1,7 bps. Sementara pasar saham masih anteng dengan IHSG ditutup menguat 0,31% di awal pekan.

Peluang BI rate

Tekanan harga yang lebih rendah mungkin akan mendorong Bank Indonesia memberanikan diri memangkas bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur yang dijadwalkan pada 18 September nanti, mendahului langkah bank sentral AS, Federal Reserve, menurut prediksi ekonom Bloomberg Economics.

Indonesia mencatat deflasi lagi pada bulan lalu, menjadi deflasi empat bulan beruntun. Itu adalah rekor deflasi terpanjang sejak era krisis moneter sekira 25 tahun silam. Terakhir kali Indonesia mencatat deflasi terlama, hingga tujuh bulan beruntun, adalah ketika perekonomian domestik terbekap krisis moneter pada tahun 1999 lalu. 

BI akan menggelar pertemuan rutin bulanan di mana jadwalnya hanya berjarak tak sampai 24 jam dengan jadwal The Fed mengumumkan hasil pertemuan (FOMC). Pada 18 September itu, The Fed diprediksi menghasilkan keputusan pivot bersejarah, yakni dimulainya penurunan bunga acuan setelah menggeber pengetatan paling agresif dalam empat dekade terakhir.

Ekonom Bloomberg Economics Tamara M. Henderson menilai, data inflasi Agustus memperlihatkan angka yang lebih landai dan memberi sinyal outlook indeks harga konsumen ke depan yang lebih rendah. 

Hal itu memberikan ruang yang jauh lebih luas bagi BI untuk memulai penurunan bunga acuan pada bulan ini, mendahului The Fed yang baru akan mengumumkan esok harinya.

Inflasi inti dan inflasi IHK Indonesia yang jinak pada Agustus, ditambah prospek inflasi yang lebih lemah ke depan, juga potensi pemangkasan bunga The Fed, bila digabungkan itu membuka peluang bagi BI memangkas bunga acuan pada bulan ini," kata Tamara dalam catatannya.

Namun, sebagian analis yang lain menilai, BI belum akan seberani itu menilik penguatan dolar AS belakangan telah kembali mengancam rupiah hingga bisa berbalik menuju titik psikologis Rp15.800-Rp16.000/US$. Peluang penurunan BI rate mungkin akan melihat lagi data pasar tenaga kerja AS yang dilansir pekan ini dan sinyal lanjutan yang keluar dari para pejabat The Fed.

Bila data pasar tenaga kerja AS memperlihatkan angka yang makin melemah sehingga menaikkan potensi resesi, The Fed mungkin akan lebih dovish lagi bulan ini.

(rui)

No more pages