Logo Bloomberg Technoz

Keterpurukan Manufaktur Bebani Rupiah Kala Dolar AS Bangkit Lagi

Tim Riset Bloomberg Technoz
03 September 2024 07:40

Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Setelah mencatat pelemahan terdalam di Asia kemarin, pada perdagangan Selasa hari ini, rupiah sepertinya masih akan sulit bangkit menguat di tengah gerak dolar Amerika Serikat (AS) yang masih bertahan di level lebih perkasa.

Sinyal pasar offshore memperlihatkan, gerak rupiah tertahan di kisaran lebih lemah di Rp15.557-Rp15.569/US$ pagi ini setelah dini hari tadi melemah di penutupan pasar New York. 

Rupiah sepertinya masih terbebani kinerja manufaktur Indonesia yang semakin dalam terkontraksi. Di sisi lain, penurunan tingkat indeks harga konsumen memperpanjang rentang deflasi RI ke rekor terlama sejak era krisis moneter 25 tahun silam.

Rupiah juga terseret suramnya sentimen di kawasan regional menyusul sikap waspada investor mengantisipasi rilis data pasar tenaga kerja AS pekan ini. Banyak investor memilih profit taking dulu setelah pada bulan lalu mata uang Asia mengungguli mata uang emerging market lain.

Pagi ini, pada pembukaan pasar Asia, mata uang regional yang sudah diperdagangkan terlihat melanjutkan pelemahan. Won Korea tergerus tipis 0,02%, disusul oleh baht yang juga turun tipis. Sementara dolar Singapura juga terlihat stabil ketika dolar Hong Kong menguat tipis dan yuan offshore stagnan.