Logo Bloomberg Technoz

Benarkah Deflasi 4 Bulan Beruntun karena Daya Beli Turun?

Hidayat Setiaji
02 September 2024 12:22

Pedagang melayani pembeli sayur dan cabai keriting merah di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pedagang melayani pembeli sayur dan cabai keriting merah di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadi deflasi pada Agustus. Ini menjadi deflasi selama 4 bulan beruntun.

Pada Senin (2/9/2024), Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini melaporkan terjadi deflasi 0,03% pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). 

Deflasi pun kembali terjadi, kini menjadi yang keempat bulan berturut-turut.

Pudji menegaskan, deflasi yang terjadi selama 4 bulan ini lebih disebabkan oleh pasokan barang dan jasa yang memadai. 

"Fenomena deflasi selama 4 bulan ini lebih karena suplai. Panen komoditas pangan dan hortikultura membuat penurunan biaya produksi sehingga harga di tingkat konsumen turun. Pasokan berlimpah," tegasnya dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta.