Logo Bloomberg Technoz

"Inflasi inti dan inflasi IHK Indonesia yang jinak pada Agustus, ditambah prospek inflasi yang lebih lemah ke depan, juga potensi pemangkasan bunga The Fed, bila digabungkan itu membuka peluang bagi BI memangkas bunga acuan pada bulan ini," kata Tamara dalam laporan yang dirilis pasca laporan inflasi dirilis oleh BPS siang ini.

BI sudah berulang kali melempar sinyal bahwa peluang penurunan bunga acuan itu sudah ada dan berulang pula menyatakan akan menunggu The Fed lebih dulu. Namun, dengan data inflasi makin landai hal itu kemungkinan akan mengubah pertimbangan Thamrin.

Pasalnya, peluang pivot bunga The Fed pada September sudah semakin besar pasca pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell di Jackson Hole beberapa waktu lalu. Di pasar swap saat ini, pasar memperkirakan probabilitas penurunan bunga The Fed sebesar 70%.

Dengan jarak pengumuman keputusan bunga The Fed dan BI rate hanya kurang dari 24 jam, ekonom menilai BI kemungkinan besar akan mendahului keputusan penurunan sebesar 25 bps menjadi 6,25%.

Berikut kesimpulan ekonom Bloomberg Economics terkait data inflasi terbaru yang dilansir hari ini:

  • Inflasi IHK naik 2,12% secara tahunan, sedikit turun dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,13%. Angka itu sedikit di atas perkiraan pasar di angka 2,10%.
  • Inflasi IHK pada Agustus mencatat deflasi 0,03%, deflasi dalam empat bulan beruntun, di luar ekspektasi pasar yang memprediksi masih akan ada inflasi 0,02% month-on-month.
  • Inflasi inti pada Agustus naik tipis jadi 2,02% year-on-year, naik dibanding Juli 1,95%. Secara luas, angka Agustus masih tetap jinak menandakan tekanan permintaan dalam ekonomi masih terkendali.
  • Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan akan mereda. Peluang The Fed memangkas bunga acuan pada September telah membawa rupiah menguat 5,4% sejak akhir Juni lalu.
  • Permintaan global yang melemah akibat pelonggaran pasar tenaga kerja buntut dari pengetatan moneter berkepanjangan, bisa makin melemahkan harga komoditas.
  • Sentimen konsumsi dalam negeri Indonesia dan rencana rekrutmen tenaga kerja juga menurun. Itu akan meredakan tekanan harga akibat sisi demand untuk barang dan jasa dalam penghitungan inflasi inti.
  • Secara keseluruhan, inflasi IHK diperkirakan akan mendekati titik tengah di kisaran target baru Bank Indonesia yang ditetapkan 1,5%-3,5% tahun ini.

BI tidak ambil risiko

Namun, penguatan lagi dolar AS belakangan mungkin akan membuat BI memilih langkah berhati-hati. Menurut analisis Mega Capital Sekuritas, indeks dolar AS yang saat ini tengah bangkit lagi akan terlalu berisiko bagi rupiah bila BI rate dipangkas mendahului The Fed.

Rupiah bisa kembali melemah setelah pada Agustus lalu membukukan kinerja bulanan terbaik. Pasar masih akan menunggu rilis data pasar tenaga kerja pekan ini, yang akan menjadi data ketenagakerjaan terakhir sebelum FOMC digelar pada 18 September waktu Amerika nanti.

"Prediksi kami, inflasi tahun ini akan tetap rendah dan stabil sampai akhir 2024, sehingga BI dapat fokus pada stabilisasi rupiah," kata Lionel Priyadi, analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya.

(rui)

No more pages