Dari sisi bottom line, perseroan mencatatkan laba bersih Rp11,46 miliar pada kinerja 2022. Laba ini tergolong mini karena pada tahun sebelumnya perseroan mencatatkan rugi jumbo Rp3,04 triliun. Saat ini saldo kerugian Bank Raya masih tercatat Rp2,83 triliun yang menghalangi perseroan untuk membagi dividen.
Akibat kerugian yang terjadi pada 2021, ekuitas perseroan tersisa Rp3,39 triliun pada 2022.
Sekretaris Perusahaan Bank Raya Ajeng Putri Hapsari menjelaskan penurunan aset terjadi sebagai dampak dari langkah strategis Bank Raya untuk melakukan penataan kembali portfolio bisnis untuk fokus pada pengembangan bisnis digital, khususnya di tengah proses transformasi menjadi bank digital.
"Hal ini sejalan dengan fokus Bank Raya untuk meningkatkan kualitas aset melalui peningkatan porsi CASA, serta penyaluran pinjaman pada debitur dengan ticket size kecil yang bertenor pendek," ujar Ajeng Putri.
Dia menjelaskan, sebagai Bank Digital, meskipun aset yang dimiliki sudah tidak sebesar tahun 2020, tapi perseroan berharapbisa memperbaiki NIM dan kualitas aset yang terjaga. Bank Raya hingga saat ini fokus dalam menjaga kualitas aset, meningkatkan efisiensi operasional dan meningkatkan profitabilitas melalui pertumbuhan bisnis digital.
"Pada tahun 2023 ini, Bank Raya akan fokus pada pertumbuhan bisnis digital melalui pengembangan produk dan fitur digital lending dan digital saving Bank Raya, meningkatkan sinergi dengan BRI Group dan ekosistem digital, serta pengelolaan aset melalui revamp untuk meningkatkan kinerja perusahaan," ujarnya.
Catatan redaksi: Tulisan ini diupdate dengan memasukan pernyataan dari pihak Bank Raya.
(roy/hps)