Logo Bloomberg Technoz

Yield SBN-10Y naik tipis ke level 6,658%, sedangkan tenor pendek 2Y beringsut ke 6,519%.

Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini dalam taklimat media siang hari ini di Jakarta, mengumumkan, pada Agustus lalu, di Indonesia terjadi deflasi 0,03% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom). Angka deflasi itu lebih kecil dibanding bulan Juli yang mencapai 0,18% mom.

Deflasi Agustus menjadi deflasi keempat bulan beruntun, yang merupakan periode deflasi terpanjang Indonesia setidaknya sejak resesi ekonomi karena pandemi Covid-19 meletus pada 2020 lalu. Secara tahunan, inflasi Agustus tercatat di 2,12% dari bulan sebelumnya 2,13%.

"Pertamina kembali melakukan penyesuaian harga BBM. Kemudian pasokan bawang merah melimpah. Kemudian harga ayam ternak hidup mengalami penurunan," kata Pudji.

BPS menjelaskan, deflasi Agustus terjadi terutama didorong oleh deflasi yang dicatat oleh komoditas harga bergejolak. Deflasi komponen inflasi ini mencapai -1,24%, dengan andil 0,02%.

Dalam lima tahun terakhir, jelas BPS, deflasi selalu terjadi pada Agustus kecuali pada tahun 2021 lalu. Penyebab deflasi pada Agustus umumnya adalah karena penurunan harga komoditas komponen harga bergejolak.

Sementara inflasi inti pada Agustus tercatat naik tipis sebesar 2,02% year-on-year, naik dibanding bulan Juli 1,95% dan sedikit melampaui perkiraan pelaku pasar. 

Level inflasi inti pada Agustus itu menjadi yang tertinggi dalam setahun terakhir. Inflasi inti biasa dilihat sebagai salah satu indikator permintaan dalam ekonomi.

Kontraksi manufaktur

S&P Global melaporkan, kinerja manufaktur Indonesia pada Agustus kembali terkontraksi. Penyebab kontraksi yang sudah terjadi sejak Juli itu adalah karena penurunan kinerja produksi (output) dan pesanan baru pada Agustus dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

S&P Global mencatat Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia pada Agustus 2024 bertengger di posisi 48,9, kian merosot dari bulan sebelumnya di level 49,3, terendah sejak Agustus 2021.

Panelis S&P melaporkan bahwa permintaan pasar lebih lemah dibandingkan dengan Juli dan faktor utama yang mendorong pesanan baru lebih rendah. Penurunan pesanan luar negeri juga semakin cepat, mencapai yang tertajam sejak Januari 2023.

"Penurunan ekonomi manufaktur Indonesia memburuk selama bulan Agustus, ditandai dengan penurunan paling tajam baik dalam pesanan baru maupun produksi selama tiga tahun,” papar Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market, dalam laporan yang dilansir Senin (2/9/2024).

(rui)

No more pages