Di tempat yang sama, figur publik yang juga tengah sibuk mengemban tugas sebagai Ketua Pelaksana Festival Film Indonesia ini mengaku senang dan bangga dipercaya untuk terlibat dalam upaya konservasi hiu paus.
“Dipercaya oleh Konservasi Indonesia sebagai Kawan Hiu Paus tentunya jadi kebanggaan tersendiri untuk saya. Sebelumnya saya sudah pernah berkenalan dengan hiu paus di Gorontalo. Dengan menjadi Kawan Hiu Paus ini, saya berharap,"kata Prilly.
Selain itu, Prilly juga berharap dapat memberi kontribusi yang besar untuk masyarakat pesisir khususnya yang tinggal di dekat habitat hiu paus.
Dia menyebut, keberadaan hiu paus di Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, dan juga Kaimana, Papua Barat, harus sama-sama dijaga karena dapat mendukung pariwisata dan berdampak pada pendapatan masyarakat di kedua kabupaten tersebut.
“Saya tahu meskipun kita senang dengan alam, bukan berarti kita bisa begitu saja berinteraksi dengan semua makhluk. Seperti halnya dengan hiu paus ini. Secinta dan sekagum apapun kita dengan spesies unik ini, kita sebenarnya tidak bisa menyentuh sesuka hati karena akan membawa dampak negatif kepada mereka. Saya akan mendukung teman-teman dari KI untuk mengedukasi masyarakat yang ingin berkenalan dengan hiu paus, tentu dengan tujuan agar hiu paus di lautan kita jadi lebih terlindungi dan dapat hidup lebih lama,” tutur Prilly.
Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, Iqbal Herwata menjelaskan upaya pelestarian hiu paus yang telah dilakukan oleh Conservation International pada sembilan tahun lalu dan kemudian dilanjutkan oleh Konservasi Indonesia salah satunya dilakukan dengan menggunakan teknologi telemetri satelit.
Pemasangan penanda satelit yang dilengkapi GPS dan beberapa sensor ini bertujuan untuk melacak pergerakan hiu paus. Cara ini, kata Iqbal, digunakan untuk mengidentifikasi habitat penting mereka dan memantau pergerakan hewan laut yang dilindungi ini.
“Dari pemasangan penanda satelit yang telah kami lakukan, kami mendapati bahwa perjalanan hiu paus memang terbilang sangat panjang. Hiu paus dapat bermigrasi jarak jauh, hingga lebih dari 15.000 km, dan menyelam hingga kedalaman 2ribu meter atau lebih. Tapi ada juga yang bertahun-tahun mendiami satu tempat saja. Penggunaan tagging ini juga bermanfaat untuk memberikan informasi kepada operator kapal wisata agar dapat menyesuaikan rute dan tidak mengganggu koridor perjalanan hiu paus,” ungkap Iqbal.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah memasukkan hiu paus ke dalam daftar merah sebagai spesies terancam punah sejak tahun 2016. Diperkirakan secara global, populasi spesies ini menurun lebih dari 50 persen dalam 75 tahun terakhir.
Konservasi Indonesia (KI), sebagai organisasi yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan, menjadikan hiu paus sebagai salah satu fokus spesies terancam yang memerlukan penelitian untuk dapat mencegah dari kepunahan.
Selain hiu paus, Konservasi Indonesia juga fokus pada enam kelompok atau spesies vokal laut seperti Pari Manta, Hiu Paus, Cetacean, Hiu Berjalan, Hiu Belimbing, dan Hiu Martil.
(dec/spt)