Logo Bloomberg Technoz

Indonesia telah lama berupaya untuk mendiversifikasi perdagangan di luar mitra utamanya seperti China, Amerika Serikat (AS), dan Jepang.

Pencarian itu menjadi semakin mendesak karena ekonomi China yang sedang berjuang, harga komoditas yang lemah, dan meningkatnya proteksionisme menimbulkan hambatan bagi sektor ekspor negara tersebut.

Kenya, Nigeria, Afrika Selatan, dan Mesir, khususnya, memiliki populasi yang tumbuh cepat yang dapat menjadi pasar ekspor yang menjanjikan bagi ekonomi terbesar di Asia Tenggara, menurut Mansury, seraya menambahkan bahwa Kementerian Luar Negeri sedang mendorong akses pasar yang lebih baik untuk komoditas Indonesia.

Afrika hanya menyumbang US$6,9 miliar dari ekspor Indonesia pada 2023, kurang dari 3% dari total pengiriman.

Afrika yang kaya sumber daya juga akan menjadi pemain kunci dalam ambisi Indonesia untuk menggunakan cadangan nikelnya yang besar untuk menjadi pusat produksi baterai.

“Indonesia perlu bekerja sama dengan Afrika karena tidak semua mineral penting yang dibutuhkan untuk memproduksi bahan baterai tersedia di Indonesia,” kata Mansury, mengutip contoh litium, kobalt, dan grafit. Pembicaraan masih bersifat penjajakan, sambil menunggu hasil survei geofisika, tambahnya.

Ketika negara-negara seperti AS dan Uni Eropa mengenakan tarif pada kendaraan listrik buatan China, yang menggagalkan rencana produksi produsen mobil, Indonesia dan Afrika dapat bekerja sama untuk menciptakan rantai pasokan global yang lebih kuat untuk baterai, menurut diplomat tersebut.

“Di tengah ketegangan geopolitik antara negara-negara adikuasa ekonomi, ini merupakan peluang yang sangat baik bagi negara-negara di belahan bumi selatan untuk bekerja sama daripada memperlakukan satu sama lain sebagai pesaing,” katanya.

(bbn)

No more pages