"Perhitungan kami menunjukkan bahwa kenaikan harga ini dapat memberikan kontribusi sekitar 0,04 - 0,05%, dengan mempertimbangkan dampak putaran pertama saja," kata dia.
Josua memperkirakan IHK kelompok inti dan kelompok harga yang diatur pemerintah akan mengalami inflasi bulanan masing-masing sebesar 0,18% mom dan 0,28% mom.
"Dengan demikian, inflasi tahun berjalan dari Januari – Agustus 2024 diperkirakan berkisar 0,87%, jauh lebih rendah daripada 1,53% yang tercatat untuk periode yang sama tahun lalu," sebut dia.
Sementara itu, laju tahunan dari inflasi umum pada bulan Agustus 2024 diperkirakan akan cenderung stabil di kisaran 2,13% yoy.
Inflasi inti diperkirakan akan meningkat tipis menjadi 1,97%yoy dari 1,95% pada bulan sebelumnya. Laju tahunan inflasi harga yang diatur pemerintah juga diperkirakan meningkat menjadi 1,92%yoy, dari 1,47%yoy pada bulan sebelumnya, didorong oleh penyesuaian harga non-subsidi.
Sebaliknya, inflasi bergejolak diperkirakan menurun menjadi 2,23%yoy dari 3,63%yoy, karena harga pangan secara keseluruhan terus menurun.
"Kami memperkirakan inflasi akan tetap berada dalam kisaran target 1,5 - 3,5% untuk tahun ini," tegas dia.
Pada semester kedua, tekanan inflasi kemungkinan akan tetap rendah, terutama jika pemerintah memilih untuk menunda penerapan cukai plastik dan minuman kemasan berpemanis untuk meningkatkan daya beli dan pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, risiko inflasi yang bersumber dari barang impor atau imported inflation diperkirakan akan tetap terkendali apabila pergerakan rupiah ke depannya cenderung stabil setelah dalam dua bulan terakhir mengalami tren penguatan terhadap dolar AS.
Penguatan nilai tukar rupiah ini didukung oleh potensi penurunan suku bunga The Fed, yang dapat meningkatkan sentimen risk-on dan menarik aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik.
Selain itu, tekanan inflasi dari harga energi global, yang sebagian besar dipengaruhi oleh ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah, dapat dimitigasi oleh risiko penurunan permintaan global.
Dia memproyeksi tingkat inflasi pada tahun 2024 sekitar 2,33% (dibandingkan 2,81% pada tahun 2023). Proyeksi inflasi yang lebih rendah ini dapat memungkinkan Bank Indonesia untuk menurunkan BI-rate sebagai respons terhadap penurunan suku bunga The Fed.
(lav)