Lanskap pasar global itu memberi sinyal bahwa pergerakan rupiah hari sepertinya akan cenderung melemah meski mungkin dalam kisaran terbatas di tengah momentum arus modal asing masuk yang masih besar.
Di pasar saham domestik pada Kamis kemarin, pemodal asing kembali mencetak net buy Rp1,40 triliun setelah sehari sebelumnya memborong Rp2,09 triliun.
Sedangkan di pasar surat utang negara, asing tercatat masih net buy meski nilainya turun yaitu menjadi Rp817 miliar per 28 Agustus, setelah hari sebelumnya memborong Rp2,21 triliun.
Rupiah spot kemarin ditutup stagnan dengan sedikit penguatan sejalan dengan tren di kawasan Asia, menyusul kenaikan nilai yuan Tiongkok terhadap dolar AS.
Pasar hari ini akan menunggu rilis data inflasi PCE bulan Juli yang dijadwalkan pada malam nanti. Inflasi ini seringkali menjadi tingkat indeks harga yang sangat diperhitungkan oleh para pembuat kebijakan di Federal Reserve.
Pasar juga mencermati pernyataan baru dari Gubernur The Fed Raphael Bostic yang menyebut, inflasi memang telah turun secara substansial dari puncaknya pada 2022 lalu. Namun, pembacaan terakhir terlihat 'masih jauh' dari target bank sentral di angka 2%.
"Saya sudah sangat fokus selama ini, pada jangka pendek, mengembalikan inflasi ke target," kata Bostic dilansir dari Bloomberg.
Inflasi PCE yang menjadi dasar target The Fed di 2%, pada Juni mencatat angka 2,5%. Konsensus pasar sejauh ini memprediksi inflasi PCE tahunan pada Juli ada di angka 2,5%, tidak bergerak dari bulan lalu. Secara bulanan, angkanya dipfrediksi lebih tinggi di 0,2% ketimbang Juni sebesar 0,1%.
Sementara inflasi inti PCE diperkirakan naik jadi 2,7% year-on-year dari bulan sebelumnya di 2,6%. Sementara secara bulanan, angkanya dipfrediksi sebesar 0,2%, tak berubah dibanding bulan sebelumnya.
Pasar juga memperkirakan pertumbuhan pendapatan pribadi AS tetap di 0,2% pada Juli. Sedangkan tingkat belanja pribadi naik 0,5% setelah pada Juni di angka 0,3%.
(rui)