Logo Bloomberg Technoz

Senada, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) berhasil menguat 5,88%, saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) melesat 3,69%, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melejit 2,01%.

Pada saham-saham unggulan LQ45 juga tercatat melesat tinggi, adapun saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) kenaikannya mencapai 2,52%, disusul oleh saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) melesat 2,47%, dan saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menguat 2,32%.

Disusul oleh penguatan saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang melonjak 1,49%, saham PT Astra International Tbk (ASII) meningkat 1,01%, dan juga PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) terbang 0,73%.

Secara teknikal IHSG berpotensi terus melanjutkan trend penguatannya, dengan terkonfirmasi breakout resistance psikologis di 7.700, yang saat ini membentuk support terbaru di 7.670.

Analisis Teknikal IHSG Kamis 29 Agustus 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Untuk resistance selanjutnya ada level 7.720 sampai dengan 7.750 yang jadi target paling optimis. Sementara apabila IHSG gagal, terdapat support kuat pada level 7.650 di time frame daily-nya.

Penguatan IHSG didukung penuh oleh hasrat investor asing yang gencar mencatatkan Net Buy yang amat masif di perdagangan saham baru-baru ini.

Mengacu data BEI pada pekan sebelumnya, investor asing membukukan posisi beli bersih mencapai Rp8,25 triliun pada perdagangan 19–23 Agustus, dan yang terbaru pada Rabu kemarin menyentuh Rp2,09 triliun di seluruh pasar.

Risiko Bullish IHSG

Analis Algo Research Alvin Baramuli mewanti-wanti risiko di balik bullish IHSG yang bahkan berkali-kali mencetak rekor.

Alasannya, aliran dana asing, terutama ke bursa saham, belakangan memang kembali masuk. Namun, aliran ini belum sekuat kuartal IV-2023 hingga kuartal I-2024, selama narasi pivot The Fed. 

Bahkan, rilis data makro yang lebih baik dari perkiraan pun belum cukup mengalirkan dana asing lebih deras. "Ini mengindikasikan bahwa sentimen bullish kemungkinan sudah diperhitungkan," ujar Alvin.

Selain itu, ketika The Fed dan Bank Indonesia memutuskan untuk memangkas suku bunga, penerima manfaat utama adalah pasar obligasi terlebih dahulu mengingat adanya selisih imbal hasil obligasi.

Dalam jangka menengah, perusahaan lokal, terutama BUMN, kemungkinan akan memprioritaskan obligasi untuk memanfaatkan pinjaman pemerintah yang lebih tinggi pada tahun 2024-2029, seperti yang terlihat dari anggaran 2025 baru-baru ini.

"Diperlukan bukti pertumbuhan ekonomi yang signifikan untuk melihat aliran dana asing yang berkelanjutan dan bullish secara langsung. Tetapi ini tampaknya masih belum bisa terlihat hingga pemerintahan Prabowo resmi berjalan, kecuali jika ada pelemahan global yang besar."

(fad/wep)

No more pages