Penelitian tersebut, yang menggunakan data dari basis data asuransi kesehatan nasional Korea Selatan, diterbitkan dalam British Medical Journal.
Ditemukan bahwa di samping potensi penurunan risiko demensia yang terkait dengan inhibitor SGLT2, ada juga penurunan risiko penyakit alzheimer sebesar 39% dan penurunan risiko demensia vaskular sebesar 52%.
Karena penelitian ini hanya bersifat observasional, penelitian ini tidak dapat memastikan hubungan sebab akibat antara obat dan dampaknya terhadap risiko demensia. Para ilmuwan telah menyerukan agar uji klinis segera dilakukan untuk menguji teori ini.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa inhibitor SGLT2 tampaknya dikaitkan dengan penurunan risiko demensia.
"Mekanisme terjadinya efek ini tidak diketahui tetapi kemungkinan besar terkait dengan pengaruh peradangan di otak, pengurangan risiko kejadian serebrovaskular, atau modulasi metabolisme glukosa di otak," kata Ivan Koychev, peneliti klinis senior di Dementia Platform UK, yang berpusat di Universitas Oxford.
Penggunaan kembali obat yang sudah ada untuk indikasi baru juga "sangat mengurangi risiko kegagalan obat karena masalah keamanan," kata Koychev.
(bbn)