Tercatat ada penguatan mencapai 311 saham, dan sebanyak 280 saham terjadi pelemahan. Sedangkan terdapat sejumlah 198 saham yang stagnan. Dengan frekuensi perdagangan saham sentuh 1,27 juta kali diperjualbelikan.
Saham-saham properti, dan saham energi menjadi pendukung laju IHSG dengan kenaikan 3,16% dan 2,43%, disusul oleh menguatnya saham konsumen non primer mencapai 1,22%. Sama halnya, saham-saham barang baku juga berhasil mengalami penguatan 1,02%.
Saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya PT Chemstar Indonesia Tbk (CHEM) yang melesat 34,7%, PT Radana Bhaskara Finance Tbk (HDFA) melonjak 34,4%, dan PT Dewi Shri Farmindo Tbk (DEWI) melejit 34,2%.
Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Natura City Developments Tbk (CITY) yang jatuh 23,6%, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) ambruk 17,1%, dan PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT) anjlok 17,1%.
Pada sore hari ini, index KLCI (Malaysia) memimpin penguatan dengan kenaikan mencapai 1,39%, kemudian menyusul Topix (Jepang) melesat 0,42%, SENSEX (India) yang berhasil menguat 0,25%, Nikkei 225 (Tokyo) terbang 0,22%, SETI (Thailand) menguat 0,07%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) terangkat 0,05%, Kospi (Korea Selatan) menghijau 0,02%, dan Shenzhen Comp. (China) kenaikan 0,01%.
Adapun di sisi yang berseberangan, Hang Seng (Hong Kong) drop 1,02%, CSI 300 (China) yang turun 0,57%, Shanghai Composite (China) melemah 0,40%, dan Straits Time (Singapura) terpeleset 0,26%.
Menguatnya sejumlah Bursa Asia terdorong sentimen data Ekonomi terbaru dari Amerika Serikat, Kepercayaan Konsumen Negeri Paman Sam berhasil menguat ke level tertinggi dalam enam bulan di Agustus karena pandangan yang lebih optimis tentang ekonomi dan inflasi, mengimbangi optimisme pasar yang memudar tentang situasi tenaga kerja.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, sentimen Conference Board meninggi menjadi 103,3 dari revisi kenaikan 101,9 pada bulan sebelumnya.
Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom yang menyebutkan angka 100,7.
Indikator ekspektasi untuk enam bulan ke depan turut menguat ke level tertinggi dalam satu tahun di 82,5 pada Agustus, sementara indikator kondisi saat ini naik tipis.
Prospek pemangkasan suku bunga yang telah lama dinanti-nantikan oleh Federal Reserve, kemungkinan akan terjadi mulai bulan depan, dapat membantu meningkatkan sentimen lebih lanjut dan menjaga Belanja Konsumen.
“Penilaian konsumen terhadap situasi tenaga kerja saat ini, meskipun masih positif, terus melemah, dan penilaian pasar tenaga kerja ke depan lebih pesimis,” kata Dana Peterson, Kepala Ekonom di Conference Board, dalam pernyataannya.
Ia menambahkan, hal ini kemungkinan mencerminkan peningkatan pengangguran baru-baru ini. Konsumen juga sedikit kurang positif tentang pendapatan di masa depan.
Menariknya, dari dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, suku bunga acuan Bank Sentral AS, Feds Fund Rate, ia prediksi akan berada di level 4,25% pada 2025 nanti.
(fad/wep)