Gede menyebut, hasil kajian yang telah disusun bersama nantinya akan disampaikan kepada Kementerian BUMN untuk menunggu arahan proses selanjutnya.
“Kami tunggu arahan BUMN sebagai tindak lanjutnya jadi tahap saat ini memang sebatas melakukan kajian baik di kami ataupun partner kami untuk proses merger ini,” ujar Gede.
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya sebelumnya juga menyebut tengah melakukan sejumlah persiapan terkait dengan rencana merger sejumlah BUMN Karya.
Mahendra tak membeberkan secara detil ihwal skema penggabungan usaha kedua perusahaan konstruksi pelat merah tersebut. Namun, dia memastikan perusahaan akan tetap mengikuti segala bentuk keputusan pemerintah.
Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga memastikan merger BUMN Karya akan dilakukan usai proses transisi pemerintahan presiden terpilih baru pada Oktober yang akan datang.
Adapun merger BUMN Karya menyasar pada tujuh perusahaan, yakni PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Hutama Karya, PT Brantas Abipraya, dan PT Nindya Karya.
Arya menambahkan, dari semua rencana merger, pihaknya akan mengutamakan merger antara WSKT dan Hutama Karya terlebih dahulu. Merger keduanya dipastikan akan rampung tahun ini.
Ke depan, merger BUMN Karya hanya akan menjadikan tiga holding BUMN. ADHI akan menjadi induk Brantas dan Nindya. WSKT akan dilebur dengan Hutama Karya, dan PTPP akan digabungkan dengan WIKA.
Arya sempat mengaku, merger BUMN Karya bukan perkara mudah. Terdapat sejumlah kendala dalam prosesnya, seperti perhitungan nilai keekonomian aset hingga kondisi keuangan perusahaan.
"Tidak mudah untuk merger. Ada perhitungannya. Karena gini, ketika kita lakukan itu, kan harus diaudit. Seluruhnya diaudit," ujar Arya.
Meski demikian, Kementerian BUMN berupaya agar tidak ada pihak yang dirugikan saat merger. Jangan sampai, merger justru mempengaruhi entitas yang kondisi keuangannya sehat.
(mfd/dhf)