Selain itu, Dadan mengatakan perusahaan minyak dan gas (migas) Indonesia juga tidak memiliki aset di Libya. PT Pertamina (Persero) sebelumnya memang memiliki aset, tetapi berhenti beroperasi seiring terjadinya konflik di negara tersebut.
“Medco juga baru divestasi dari kepemilikannya di aset migas di Libya baru baru ini,” ujarnya.
Belum lama ini, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) memang mengumumkan divestasi kepemilikannya pada kontrak Area 47 kepada Libya National Oil Corporation (NOC).
Divestasi tersebut telah disepakati oleh kedua belah pihak dengan pengalihan seluruh hak partisipasi perseroan sebesar 50% dalam perjanjian bagi hasil eksplorasi dan produksi (EPSA) di lapangan migas yang berlokasi di Libya itu.
Perpecahan politik yang mendalam di timur dan barat Libya, meskipun ada kesepakatan gencatan senjata yang didukung PBB pada 2020 yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran mereka, seringkali menghasilkan pertempuran dan blokade yang menargetkan sumber dayanya yang paling berharga.
Negara ini berada di puncak cadangan minyak mentah terbesar yang diketahui di Afrika, tetapi produksinya telah menurun setelah satu dekade pertikaian politik.
Libya telah dilanda kerusuhan sejak penggulingan diktator lama Moammar Al Qaddafi pada 2011, dengan pemerintah yang saling bertikai merusak upaya untuk memulihkan kembali perekonomian negara berpenduduk 6,8 juta orang itu.
Bentrokan antara kelompok-kelompok bersenjata yang setia kepada faksi atau individu yang berbeda seringkali menutup ladang minyak utama karena mereka bersaing untuk mendapatkan pendapatan minyak mentah.
Impor Minyak RI Berdasarkan Negara Asal pada 2022:
- Singapura: 10,94 juta ton
- Malaysia: 6,7 juta ton
- Arab Saudi: 5,96 juta ton
- Nigeria: 5,67 juta ton
- Amerika Serikat: 3,17 juta ton
- Uni Emirat Arab: 2,53 juta ton
- Korea Selatan: 1,8 juta ton
- Qatar: 887.000 ton
- Australia: 782.000 ton
- China: 615.000 ton
- Lainnya: 8,63 juta ton
(dov/wdh)