Lembaga pemeringkat Moody's Ratings mengatakan dampak pengumuman tersebut terhadap universitas negeri Australia kemungkinan "tidak terlalu besar".
"Ini adalah bagian penting dari ekonomi kami, tidak diragukan lagi. Itu tidak berubah," kata Clare kepada wartawan di Sydney. "Ini tentang memastikan bahwa kami menyusunnya dengan cara yang berkelanjutan untuk masa depan. Kami ingin siswa datang dan belajar di sini."
Badan perwakilan universitas terus menentang batasan tersebut. Ketua Universitas Australia David Lloyd mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa batasan tersebut akan "menghambat" sektor pendidikan tinggi. Mahasiswa internasional menyumbang A$48 miliar (setara Rp504 triliun) ke ekonomi Australia pada 2023, menjadikannya ekspor layanan terbesar negara tersebut.
Kontrol migrasi tidak boleh diberlakukan "dengan mengorbankan sektor mana pun, terutama yang secara ekonomi penting seperti pendidikan," tambah Lloyd. Dia menambahkan, batasan tersebut akan menyebabkan kerusakan pada kapasitas penelitian dan pengembangan Australia.
Tidak ada pemodelan ekonomi tentang dampak keputusan tersebut, kata Vicki Thomson, kepala eksekutif dari Group of Eight Universities, yang mewakili universitas penelitian terbesar negara tersebut. "Angka yang tidak dijelaskan tidak memberi kami kenyamanan," katanya, dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email.
Independent Tertiary Education Council Australia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa universitas belum memiliki informasi yang cukup untuk membuat keputusan.
Australia merupakan negara terbaru yang melakukan tindakan keras terhadap mahasiswa asing karena kekhawatiran migrasi, dengan Kanada, Belanda, dan Inggris semuanya menerapkan atau mempertimbangkan langkah-langkah yang menargetkan sektor universitas.
Di Australia, pemerintah telah melakukan konsultasi selama berbulan-bulan mengenai rencana untuk memberlakukan batasan pada mahasiswa asing, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk menindak angka migrasi tinggi pasca-Covid. Lonjakan migrasi telah bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran pemilih tentang penyempitan perumahan yang menyebabkan sewa melonjak, terbukti merusak secara politik bagi pemerintah Partai Buruh yang kiri-tengah.
Dukungan untuk migrasi di Australia telah turun ke tingkat terendah dalam lima tahun, menurut jajak pendapat yang dirilis oleh Essential pada hari Selasa. Sebanyak 42% dari mereka yang disurvei mengatakan hal itu berdampak negatif pada negara tersebut.
(bbn)