Seperti yang diwartakan Bloomberg News, sentimen Conference Board meninggi menjadi 103,3 dari revisi kenaikan 101,9 pada bulan sebelumnya.
Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom yang menyebutkan angka 100,7.
Indikator ekspektasi untuk enam bulan ke depan turut menguat ke level tertinggi dalam satu tahun di 82,5 pada Agustus, sementara indikator kondisi saat ini naik tipis.
Prospek pemangkasan suku bunga yang telah lama dinanti-nantikan oleh Federal Reserve, kemungkinan akan terjadi mulai bulan depan, dapat membantu meningkatkan sentimen lebih lanjut dan menjaga Belanja Konsumen.
“Penilaian konsumen terhadap situasi tenaga kerja saat ini, meskipun masih positif, terus melemah, dan penilaian pasar tenaga kerja ke depan lebih pesimis,” kata Dana Peterson, Kepala Ekonom di Conference Board, dalam pernyataannya.
Ia menambahkan, hal ini kemungkinan mencerminkan peningkatan pengangguran baru-baru ini. Konsumen juga sedikit kurang positif tentang pendapatan di masa depan.
Para trader dan investor saat ini akan terus mencermati serangkaian data ekonomi AS yang diharapkan akan mendapatkan petunjuk ter-update tentang langkah The Fed berikutnya, yang berpotensi memicu kenaikan aset berisiko.
Inflasi inti PCE, pengukur inflasi favorit The Fed, dan laporan tenaga kerja minggu depan akan menjadi kunci untuk menilai apa yang akan terjadi selanjutnya, kata Andrés Pardo, Kepala Strategi Makro Latam di XP Investments.
“Yang baru, bisa menjadi katalis penting bagi ekspektasi mengenai besarnya pemangkasan The Fed pada bulan September, yang juga akan penting bagi kinerja pasar valas,” jelasnya.
Menariknya, dari dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, suku bunga acuan Bank Sentral AS, Fed Fund Rate, ia prediksi akan berada di level 4,25% pada 2025 nanti.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, pelaku pasar telah memprediksi penurunan suku bunga sebanyak 1% secara keseluruhan hingga tutup tahun 2024.
“Namun dengan hanya ada tiga pertemuan kebijakan Federal Reserve yang tersisa di tahun ini (September, November dan Desember) ditambah lagi dengan rilis data pasar tenaga kerja AS (Non-Farm Payrolls) bulan Agustus, pelaku pasar mempertanyakan apakah dan kapan penurunan suku bunga sebesar 50 bps akan terjadi,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
CME FedWatch Tools memprediksi 100% peluang pemangkasan suku bunga acuan oleh Federal Reserve di September, dengan 71,5% peluang pengguntingan 25 bps, sementara peluang penurunan 50 bps mencapai 28,5%.
Investor akan mendapat kejelasan lebih lanjut mengenai inflasi AS pada Jumat melalui rilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index sedangkan untuk melihat kondisi terkini pasar tenaga kerja AS, investor akas mencermati rilis data Initial Jobless Claims pada Kamis.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,11% ke 7.597 disertai dengan munculnya volume penjualan.
“Selama IHSG masih mampu berada di atas 7.460 sebagai area supportnya, maka posisi IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave (v) dari wave [i] dari wave 3,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (28/8/2024).
Herditya juga memberikan catatan, berarti, IHSG masih berpeluang menguat untuk menguji rentang 7.622-7.664. Sekaligus mencetak rekor All Time High tertinggi terbaru untuk IHSG.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, AMMN, BBRI, TLKM, dan ULTJ.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, Wall Street menguat di Selasa (27/8). Rilis data US CB consumer confidence di Agustus sebesar 103,3 meningkat dari 101,9 di Juli serta lebih baik dari proyeksi (100,7) menopang penguatan tersebut.
Selain itu, pidato sejumlah Gubernur The Fed di sisa minggu ini diharapkan memperkuat optimisme terhadap kondisi perekonomian AS.
“IHSG masih menjaga peluang Kembali uji resistance 7.600 di Rabu (28/7),” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BMRI, BBNI, ERAA, ACES, CPIN, JPFA, MAIN, dan TLKM.
(fad/ain)