“Berbagai persoalan ini sudah kita bincangkan sudah lama sekali. Namun seolah belum cukup energi untuk keluar sepenuhnya dari persoalan ini,” ucap Said.
Dengan demikian, Said mendorong agar pemerintah lebih progresif dalam menyelesaikan persoalan struktural yang sejak lama menghambat pertumbuhan ekonomi. Ia mengatakan, mengacu dokumen Visi Indonesia 2045, sebenarnya dibutuhkan tingkat pertumbuhan ekonomi setidaknya 5,4% - 6% untuk mencapai visi Indonesia emas 2045.
Sehingga, ia berpandangan konsumsi domestik perlu terus dijaga dibarengi dengan inflasi yang terkendali rendah, investasi yang masuk harus dapat membuka lapangan kerja baru, serta memberikan nilai tambah atas produk ekspor.
“Setidaknya kita membutuhkan kontribusi investasi minimal 1,5%, dan ekspor 0,5% sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi tiap tahun. Dengan demikian tulang punggung permintaan bukan hanya konsumsi domestik,” ucap Said.
Sebagai informasi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan target pertumbuhan ekonomi 2025 dalam RAPBN 2025 harus realistis dan kredibel dengan tetap mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Hal itu ia sampaikan saat merespons tanggapan fraksi-fraksi DPR RI atas target pertumbuhan ekonomi 2025 di RAPBN 2025. Sejumlah fraksi meminta agar Sri Mulyani meningkatkan target pertumbuhan menjadi diatas 5,2% (yoy).
“Asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2025, pemerintah melihat dan setuju dengan seluruh fraksi agar asumsi dari sisi perekonomian harus realistis dan kredibel,” ucap Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna di DPR RI, Selasa (27/8/2024).
(azr/lav)