Perincian volume BBM bersubsidi untuk 2025 adalah Solar sebanyak 18,89 juta kl dan minyak tanah 0,52 juta kl. Kuota Solar hanya turun tipis dari pagu APBN 2024 sebanyak 19 juta kl, sedangkan volume minyak tanah dipangkas dari 0,58 juta kl.
Adapun, total pagu BBM bersubsidi dalam APBN 2024 adalah sebanyak 19,58 juta kl dengan outlook realisasi sebanyak 18,19 juta kl. Sepanjang Januari—Juli 2024, realisasi serapan BBM bersubsidi telah mencapai 10,28 juta kl.
Untuk diketahui, pemerintah resmi menetapkan anggaran subsidi energi sejumlah Rp204,53 triliun dalam RAPBN 2025, membengkak dari outlook yang ditetapkan dalam Tahun Anggaran 2024 senilai Rp192,75 triliun.
Mengutip Buku II Nota Keuangan RAPBN Tahun Anggaran 2025 yang dilansir hari ini, Jumat (16/8/2024), besaran subsidi energi tersebut dibagi untuk subsidi BBM yaitu Jenis BBM Tertentu atau JBT (Solar dan minyak tanah) dan LPG Tabung 3 kg, serta Subsidi Listrik.
Sekadar catatan, besaran subsidi energi tersebut tidak termasuk anggaran kompensasi energi yang digelontor pemerintah untuk menalangi Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite.
Selama 2020–2023, penetapan subsidi energi berfluktuasi dari semula sebesar Rp108,84 triliun pada Tahun Anggaran 2020 menjadi sebesar Rp164,29 triliun pada Tahun Anggaran 2023. Pada outlook Tahun Aggaran 2024, subsidi energi diperkirakan mengalami peningkatan menjadi Rp192.751,4 miliar.
Realisasi subsidi JBT Solar dan minyak tanah, serta LPG Tabung 3 kg selama periode 2020—2023 juga mengalami fluktuasi dari semula Rp47,73 triliun pada 2020 menjadi Rp95,59 triliun pada 2023. Dalam outlook 2024, subsidi Solar dan LPG Tabung 3 kg diperkirakan mencapai Rp112,02 triliun.
Dalam RAPBN 2025, rancangan subsidi energi dibagi atas subsidi untuk JBT dan LPG 3 kg senilai Rp114,31 triliun, naik 2% dari outlook tahun ini senilai Rp112,02 triliun. Sementara itu, anggaran subsidi listrik 2025 dipagu Rp90,21 triliun, naik 11,8% dari tahun ini Rp80,72 triliun.
(wdh)