“Pimpinan Banggar DPR berharap, suku bunga SBN bisa lebih rendah dari usulan pemerintah di nota keuangan RAPBN 2025, setidaknya di rata rata 6,9%, dan ke depan di dorong bisa lebih rendah lagi, serta mengembangkan skema pembiayaan yang lebih murah,” ucap Said.
Ia menegaskan, pemerintah perlu mempelajari dan mengembangkan praktis terbaik dari negara-negara dengan perekonomian yang setara dengan RI dalam mengelola tingkat suku bunga SBN. Menurut dia, suku bunga surat utang negara lain berada di level 1-3%.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan asumsi makro 2025, terutama nilai tukar rupiah dan imbal hasil SBN ditetapkan untuk mewaspadai penerbitan surat utang AS yang berpotensi membanjir akibat defisit fiskal Negeri Paman Sam yang terus melebar.
Sri Mulyani menjelaskan kondisi defisit AS yang sangat besar dapat mendorong penerbitan surat utang AS yang begitu tinggi dan berpotensi menahan yield US Treasury yang efek rambatannya dapat menyasar Indonesia.
“Indonesia dalam hal ini surat berharga diantara emerging market memiliki daya tarik yang cukup besar karena fondasi fiskal yang terjaga baik, risiko ketidakpastian yang sangat tinggi ini perlu kita waspadai dan kita cermati,” tutur Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR RI, Selasa (27/8/2024).
Ia mengatakan suku bunga SBN Indonesia memiliki jarak yang cukup dekat dengan suku bunga US Treasury sehingga dapat mengantisipasi dampak lanjutan yang dapat terjadi akibat penerbitan US Treasury yang begitu besar.
(azr/lav)