Logo Bloomberg Technoz

"Saham-saham big cap berkinerja cukup positif, tapi arus dana asing ke saham ini tidak merata dan hanya terlihat di beberapa saham seperti BMRI dan BBRI. Bahkan BBCA, sebagai saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di IHSG, hanya naik 2% bulan ini," ujar Alvin Baramuli, dikutip Senin (26/8/2024).

Nama-nama seperti DSSA, BREN, dan MSIN yang lebih mendorong pergerakan indeks. Saham-saham ini baru saja menjadi konstituen indeks MSCI.

Konsekuensinya, indeks seperti LQ45, IDX30 dan Sri-Kehati, underperform terhadap IHSG. Padahal, indeks ini selain menjadi proksi juga merupakan cerminan paling riil bagi IHSG.

Sentimen Beralih

IHSG sempat melemah pada perdagangan Kamis pekan lalu. Ini bertepatan dengan aksi demonstrasi terkait RUU Pilkada. Namun, penurunannya tak terlalu dalam.

Pengamat pasar modal Hans Kwee menjelaskan, masalah politik biasanya hanya berpengaruh kecil ke pasar saham. 

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (24/6/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

"Kecuali, jika ada kerusuhan atau demonstrasi besar-besaran. Penurunan pasar [saat hari pertama demonstrasi] lebih karena faktor aksi ambil untung, dan sentimen BI rate dan pembacaan hasil FOMC sudah keluar," jelas Hans. 

"Itu terlihat dari pasar global yang sebelumnya mulai koreksi. Pelaku pasar sebelumnya berhati-hati menjelang pidato gubenur fed di Jackson Hall."

Dana Asing

Kondisi tersebut, tambah Alvin, aliran dana asing tidak sekuat seperti pada kuartal IV-2023 dan kuartal I-2024.

Sejak awal tahun, aksi beli atau bet buy investor asing di seluruh pasar sebesar Rp13,57 triliun.

Ditambah lagi, IHSG sejatinya sudah priced in dengan ekspektasi sikap The Fed terhadap suku bunga acuannya.

Konsekuensinya, IHSG secara struktural masih akan mengandalkan aliran dana asing. Perlu ada arus masuk yang berkelanjutan dan nyata untuk bisa memperkuat IHSG.

Namun, kondisi tersebut sepertinya belum bisa terlihat, setidaknya hingga pemerintahan Prabowo resmi dimulai, yang kemudian dampaknya baru muncul antara kuartal IV-2024 atau kuartal I-2025.

Mempertimbangkan kondisi tersebut, menurut Alvin, masih ada kemungkinan IHSG berbalik arah menjadi bearish.

Terlebih, jika terjadi sell on news terkait pengumuman bunga acuan the Fed bulan depan.

(ibn/dhf)

No more pages