Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Penguatan nilai tukar rupiah menghadapi dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu belakangan diprediksi akan terus berlanjut hingga membawa mata uang Tanah Air ke level Rp14.000/US$ menurut prediksi analis valuta. 

Rupiah mengawali tahun ini dengan cukup perkasa di tengah turbulensi pasar global yang cukup tajam mengombang-ambingkan pemodal dalam mengambil keputusan terbaik dalam alokasi aset.

Natwest Market, bank investasi asal Inggris, memperkirakan nilai tukar rupiah berpeluang melanjutkan penguatan ke posisi Rp14.000/US$ dalam tiga hingga empat bulan ke depan, dari posisi saat ini di kisaran Rp14.700/US$.

Prediksi sedikit mirip juga datang dari Malayan Banking Bhd yang memperkirakan otot rupiah akan terus menguat hingga ke zona Rp14.200/US$.

Naiknya ekspektasi pasar terhadap kemungkinan terhentinya langkah Federal Reserve menaikkan bunga acuan setelah Mei nanti, ditambah upaya penjinakkan inflasi Indonesia yang membuahkan hasil dengan level 2,94% inflasi inti pada Maret lalu, sudah di area target Bank Indonesia (BI), memberi energi bagi rupiah untuk melanjutkan keperkasaan. 

Nilai tukar rupiah berpeluang melanjutkan penguatan hingga ke Rp 14.00 per dolar AS dalam 3-4 bulan mendatang (Bloomberg)

“Kami bullish terhadap prospek return juga feedback positif dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh pemodal asing dengan rupiah,” kata Galvin Chia, Strategist dari Natwest Markets di Singapura, seperti dikutip oleh Bloomberg News, Senin (17/4/2023).

Rupiah telah menguat 5,6% melawan dolar AS sepanjang tahun ini dan mengungguli semua mata uang Asia di kelompoknya sejalan dengan animo pemodal asing yang terus menerus memburu obligasi rupiah hingga senilai US$4 miliar. 

Permintaan SBN oleh asing terus melejit terdorong imbal hasil riil aset rupiah tercatat sebagai yang tertinggi di antara aset-aset pasar negara berkembang lain. Bank Indonesia akan menggelar Rapat Dewan Gubernur pada 17-18 April ini.

Semua ekonom yang disurvei oleh Bloomberg kompak memperkirakan BI akan menahan bunga acuan BI7DRR pada level 5,75%. Pengumuman BI7DRR akan dilakukan pada Selasa esok jelang petang.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, selama 2023 hingga data setelmen 13 April lalu, pemodal asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp61,7 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan beli neto di pasar saham sebesar Rp7,3 triliun. Total pembelian asing di dua instrumen paper investment itu mencapai Rp69 triliun selama 2023.

Per 13 April, kepemilikan asing di SBN mencapai Rp823,89 triliun, level tertinggi sejak 9 Mei 2022. Sedangkan di pasar saham, pemodal asing telah mencatat net buy empat hari berturut-turut senilai total hampir Rp5 triliun.

Investor Asing Konsolidasi

Menurut perkiraan strategist Samuel Sekuritas Lionel Prayadi, pemodal asing akan melakukan konsolidasi taktis di pasar obligasi domestik jelang libur Lebaran ini.

"Kami perkirakan investor asing akan melakukan konsolidasi taktis di pasar obligasi domestik jelang libur Lebaran akibat kondisi pasar global yang tengah bergejolak akibat menguatnya ekspektasi kenaikan suku bunga Fed di bulan Mei," demikian tulisnya lama catatan pagi untuk para klien, Senin (17/42023).

Pemodal asing terus menambah investasi mereka di SBN rupiah (Divisi Bloomberg Technoz)

Sebanyak 81% analis global memprediksi kenaikan suku bunga Fed 25 bps menjadi 5,25% pada Mei mendatang karena resiliensi perekonomian AS, terutama menyusul data produksi industri yang naik pada Maret sebesar 0,4% mom serta kuatnya sentimen konsumen berdasarkan survei universitas Michigan menjadi 63,5. Analis juga memprediksi imbal hasil yield SBN tenor 10 tahun akan tertekan hari ini ke kisaran 6,65-6,75%. Rupiah juga berpotensi melemah menuju rentang Rp14.700-14.800/US$.

Pada pembukaan perdagangan hari pertama pekan ini, pairing USD/IDR menguat ke kisaran Rp14.757 mengantarkan nilai tukar rupiah melemah sedikit 57 bps pada pukul 9:41, Senin (17/4/2023).

- Dengan bantuan laporan David Finnerty dari Bloomberg News

(rui/aji)

No more pages