Hal yang sama juga diramal terjadi pada Oktober, di mana produksi yang diramal berada pada level 2,59 juta ton merupakan yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir.
Dalam paparannya, Amran menjelaskan bahwa produksi beras pada Januari—Oktober 2024 diproyeksikan sebesar 26,93 juta ton. Sementara itu, konsumsi pada periode tersebut diproyeksikan 25,73 juta ton.
Dengan demikian, selisih produksi beras pada Januari—Oktober 2024 diproyeksikan 1,19 juta ton.
Menurut Amran, terdapat 3 upaya yang dilakukan dalam peningkatan produksi di antaranya adalah adalah pompanisasi air sungai untuk lahan sawah tadah hujan, optimalisasi lahan rawa, dan integrasi padi gogo dengan kelapa sawit kelapa pada tanaman belum menghasilkan (TBM).
“Melalui ketiga kegiatan ini diharapkan produksi bisa ditingkatkan agar tersedia pangan produksi dalam negeri yang membaik dan ketergantungan pada impor beras bisa ditekan,” ujar Amran.
Berdasarkan data pembaruan Juli 2024 dari Pusat Prediksi Iklim AS (CPC), La Niña diperkirakan berkembang selama Agustus—Oktober 2024 dengan probabilitas sebesar 70% dan dapat bertahan hingga akhir 2024—awal 2025, dengan prakiraan yang menunjukkan peluang kelanjutan sebesar 79% hingga November—Januari.
Sementara itu, dampak pasti La Niña masih belum pasti dan bergantung pada intensitas dan durasinya pada pengujung 2024.
Target Produksi Komoditas Pangan Strategis 2025:
- Beras: 32 juta ton
- Jagung: 16,68 juta ton
- Kedelai: 350 ribu ton
- Aneka Cabai: 3,08 juta ton
- Bawang Merah 1,99 juta ton
- Kopi: 772 ribu ton
- Kakao: 641,4 ribu ton
- Tebu: 36,04 juta ton
- Kelapa: 2,88 juta ton
- Daging sapi/kerbau: 399,41 ribu ton
- Daging ayam: 4,34 juta ton
(dov/wdh)