Hal yang sama juga diramal terjadi pada Oktober, di mana produksi yang diramal berada pada level 2,59 juta ton merupakan yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir.
Menurut Amran, terdapat 3 upaya yang dilakukan dalam peningkatan produksi di antaranya adalah adalah pompanisasi air sungai untuk lahan sawah tadah hujan, optimalisasi lahan rawa, dan integrasi padi gogo dengan kelapa sawit kelapa pada tanaman belum menghasilkan (TBM).
“Melalui ketiga kegiatan ini diharapkan produksi bisa ditingkatkan agar tersedia pangan produksi dalam negeri yang membaik dan ketergantungan pada impor beras bisa ditekan,” ujar Amran.
Proyeksi Surplus Global
Dari sisi harga di tingkat global, beras yang diperdagangkan di Chicago Board of Trade (CBOT) diproyeksikan mengalami penurunan secara tahunan atau year on year (yoy) sebesar 3,9% menjadi US$15,85/cut-weight tonnage atau cwt pada 2025.
Angka ini mengalami penurunan dari rerata harga beras yang diproyeksikan sebesar US$16,5/cwt pada 2024.
Para periset BMI – lembaga riset Fitch Solutions, bagian dari Fitch Ratings – mengatakan penurunan terjadi karena kondisi surplus beras pada 2024/2025.
“Pada 2024—2025, kami memperkirakan bahwa sektor beras global akan kembali mengalami surplus setelah mengalami tiga kali defisit musiman berturut-turut antara 2021—2022 dan 2023—2024, yang memperkuat pandangan kami bahwa rata-rata harga CBOT yang terdaftar pada bulan kedua, beras kasar berjangka [rough rice futures] akan turun menjadi US$15,85/cwt pada 2025, turun sebesar 3,9% yoy,” tulis BMI.
Dalam pandangan BMI, peningkatan produksi dan konsumsi dunia akan meningkat masing-masing sebesar 2,3% yoy menjadi 525 juta ton dan 0,1% yoy menjadi 520 juta ton. Dengan demikian, surplus sebesar 4,9 juta ton akan tercapai.
Sehubungan dengan produksi, BMI memproyeksikan produksi China Daratan, setelah dua musim penurunan berturut-turut, akan meningkat sebesar 3,0% yoy dari 145 juta ton menjadi 149,4 juta ton pada 2024—2025, bergantung pada kondisi cuaca normal.
“Kami juga yakin bahwa peralihan dari peristiwa El Nino saat ini ke kondisi La Nina, yang menurut Pusat Prediksi Iklim Amerika Serikat atau US Climate Prediction Center (CPC) mungkin terjadi 62% antara Juni dan Agustus 2024, akan mendukung produksi beras yang lebih tinggi di sebagian besar wilayah Asia Tenggara,” papar BMI.
Demikian pula, hilangnya kondisi El Nino menguntungkan seiring dengan curah hujan monsun tahunan di India, dengan prakiraan pertama untuk monsun pada 2024 volume curah hujan normal.
Target Produksi Komoditas Pangan Strategis 2025:
- Beras: 32 juta ton
- Jagung: 16,68 juta ton
- Kedelai: 350 ribu ton
- Aneka Cabai: 3,08 juta ton
- Bawang Merah 1,99 juta ton
- Kopi: 772 ribu ton
- Kakao: 641,4 ribu ton
- Tebu: 36,04 juta ton
- Kelapa: 2,88 juta ton
- Daging sapi/kerbau: 399,41 ribu ton
- Daging ayam: 4,34 juta ton
Proyeksi Harga Beras BMI:
- 2024 : US$16,5/cwt
- 2025 : US$15,85/cwt
- 2026 : US$15,65/cwt
- 2027 : US$15,89/cwt
- 2028 : US$16,12/cwt
(wdh)