Saham-saham properti, dan saham konsumen non primer menjadi pendukung laju IHSG dengan kenaikan 1,62% dan 1,50%, disusul oleh menguatnya saham energi mencapai 0,59%. Sama halnya, saham-saham barang baku juga berhasil mengalami penguatan 0,58%.
Sejumlah saham LQ45 juga turut menjadi pendorong penguatan IHSG, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang melesat 3,65%, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang meninggi 3,02%, dan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 1,94%.
Selain IHSG, Bursa Saham lain yang melaju di jalur hijau adalah Hang Seng (Hong Kong), SETI (Thailand), Shenzhen Comp (China), KLCI (Malaysia), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), TW Weighted Index (Taiwan), dan Straits Times (Singapura), yang menguat masing-masing 0,77%, 0,22%, 0,17%, 0,14%, 0,10%, 0,07%, dan 0,04%.
Sementara Bursa Saham Asia lainnya ada di zona merah i.a Topix (Jepang), Nikkei 225 (Tokyo), CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), dan KOSPI (Korea Selatan), yang melemah masing-masing 1,01%, 0,85%, 0,40%, 0,28%, dan 0,20%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan penguatan tertinggi kedua di Asia, setelah Hang Seng.
Bursa Asia mengikuti apa yang terjadi di Wall Street. Pada perdagangan sebelumnya, Bursa Saham New York kompak melaju di zona hijau.
Indeks Nasdaq Composite melonjak 1,47%, S&P 500 menguat 1,15%. Sementara, Dow Jones Industrial Average (DJIA) menghijau dengan kenaikan 1,14%.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Pidato dari Gubernur The Fed Jerome Powell di Jackson Hole pada Jumat kemarin, ia mengatakan “Waktunya telah tiba” untuk memulai masa pelonggaran moneter picu euforia pasar.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pasar sudah memperhitungkan dimulainya pelonggaran kebijakan pada bulan September, investor menyambut baik komentar Powell.
“Waktunya telah tiba bagi kebijakan untuk menyesuaikan diri,” kata Powell pada Jumat dalam pidato di konferensi tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming.
Gubernur The Fed mengakui kemajuan terbaru pada inflasi, yang telah kembali moderat dalam beberapa bulan setelah terhenti di awal tahun ini.
“Keyakinan saya telah tumbuh bahwa inflasi berada di jalur yang berkelanjutan kembali ke 2%,” katanya, mengacu pada target inflasi Bank Sentral.
Beberapa pengamat The Fed mengindikasikan ada beberapa poin penting dalam pidato Powell. Meskipun ia mengakui kemajuan terbaru dalam inflasi dan melihat perekonomian tumbuh dengan ‘laju yang solid’, penekanannya pada “Pendinginan pasar tenaga kerja” menarik perhatian banyak pengamat pasar.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, Powell telah berhasil mencuri perhatian pasar setelah mengatakan dalam beberapa minggu bahwa penurunan suku bunga acuan dapat terjadi paling cepat di September dan bahwa inflasi tidak harus mencapai target 2% sebelum Federal Reserve mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunga.
“Di tahun-tahun sebelumnya, Powell sering menguraikan inisiatif kebijakan secara umum dan memberikan petunjuk tentang arah kebijakan moneter AS dalam acara simposium ekonomi di Jackson Hole,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
(fad)