Pasar saham dan pasar surat utang juga dibanjiri aksi beli investor. IHSG menguat 0,52% ke 7.583, sedangkan pasar surat utang menunjukkan harga obligasi melesat tinggi. Yield SBN-10Y terkikis turun ke 6,627%, tenor 5Y juga turun ke 6,524% dan 2Y di 6,528%. Tenor panjang 15Y dan 20Y ada di 6,731% dan 6,830%.
Penguatan rupiah dan animo tinggi pemodal di pasar keuangan domestik, terutama karena pembalikan sentimen pasar global yang merayakan kepastian dimulainya siklus pemangkasan bunga acuan The Fed dalam waktu dekat.
Kejatuhan dolar AS di pasar global pasca pernyataan gamblang Gubernur Federal Reserve Jerome Powell di Jackson Hole pada Jumat pekan lalu.
Pernyataan Powell itu menandai 'the end of an era' pengetatan moneter paling agresif Amerika dalam empat dekade terakhir yang telah berlangsung sejak 2022 silam. Di mana hal itu telah memicu gelombang restriksi di hampir seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia, dan melambatkan laju ekonomi global.
Powell bilang di Wyoming, "Waktunya telah tiba bagi kebijakan [moneter] untuk menyesuaikan diri. Arah perjalanan sudah jelas, dan waktu serta laju penurunan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko."
Pernyataan yang sangat ditunggu-tunggu itu memantik gelora beli di semua pasar keuangan global. Menghijaukan bursa saham dan melonjakkan harga surat utang. Aset-aset emerging market termasuk saham, surat utang juga rupiah di pasar akan diserbu banyak pelaku pasar.
Aliran modal asing masuk ke pasar modal RI akan semakin besar setelah pekan-pekan sebelumnya inflows juga meningkat tajam.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia, mengacu pada data transaksi 19-22 Agustus, pemodal asing membukukan pembelian bersih di pasar domestik sebesar Rp15,91 triliun, terdiri atas Rp11,45 triliun di pasar Surat Berharga Negara, lalu Rp4,13 triliun di pasar saham dan Rp330 miliar di SRBI.
Alhasil, sepanjang tahun ini hingga 22 Agustus lalu, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp185,29 triliun di SRBI, Rp6,40 triliun di pasar saham, dan Rp6,39 triliun di pasar SBN.
Sementara selama semester II saja, asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp54,94 triliun di SRBI, Rp40,35 triliun di pasar SBN, dan Rp6,06 triliun di pasar saham.
Rekomendasi asing
Beberapa bank investasi asing sudah menyorotkan lampu ke aset-aset pasar domestik, termasuk surat utang negara yang dinilai sangat menarik jadi pilihan di tengah pembalikan sentimen pasar menjadi bullish.
Goldman Sachs, bank investasi besar asal AS, menilai, beberapa surat utang di pasar Asia yang berperingkat investment grade menawarkan selisih imbal hasil yang menarik yang memungkinkan para investor mengunci yield di level tinggi.
"Kami melihat kenaikan spread pada obligasi jangka panjang dari beberapa surat utang investment grade di Asia sebagai hal menarik, seperti obligasi korporasi berperingkat investment grade dari Indonesia," kata Kenneth Ho, Credit Strategist Goldman Sachs dan analyst Sandra Yeung dalam laporan yang dilansir oleh Bloomberg News.
Analis menambahkan, mengingat pentingnya menjaga carry trade, mereka melihat perbedaan imbal hasil antara bullet (instrumen utang di mana seluruh nilai pokok dibayarkan sekaligus saat jatuh tempo) dibandingkan barbell positioning dalam surat utang investment grade Asia.
Berdasarkan Bloomberg Index, rata-rata selisih surat utang investment grade Indonesia dalam denominasi dolar AS dengan tenor 10-20Y mencapai 182 bps. Angka itu lebih tinggi dibanding obligasi sejenis di Asia selain Jepang dengan spread 116 bps.
Sedangkan rata-rata yield premium untuk obligasi Indonesia dengan tenor 20-30Y mencapai 166 bps dibanding 127 bps untuk obligasi Asia lain.
(rui)